Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 13:21 WIB | Sabtu, 04 Juni 2016

Muhammad Ali Meninggal Dunia pada Usia 74 Tahun

Ilustrasi: Muhammad Ali (atas) saat merobohkan Sonny Liston di pertarungan tinju kelas berat, di Lewiston, Maine, Amerika Serikat pada 1965. (Foto: boxinginsider.com).

PHOENIX, SATUHARAPAN.COM – Petinju yang terlahir dengan nama Cassius Clay atau yang dikenal publik dengan nama Muhammad Ali meninggal dunia dalam usia 74 tahun.

“Memang benar, Muhammad Ali meninggal dunia setelah selama 32 tahun bertarung melawan  penyakit Parkinson, Muhammad Ali telah meninggal pada usia 74. Petinju tiga kali juara dunia kelas berat meninggal malam ini," kata juru bicara keluarga, Bob Gunnell, hari Sabtu (4/6).  

Gunnell menjelaskan Ali menderita penyakit Parkinson selama hampir tiga dekade, penyakit neurologis tersebut  perlahan-lahan menurunkan fungsi organ tubuhnya dan ketangkasan fisik.

“Keluarga merencanakan  pemakaman  di kampung halaman di Louisville, Kentucky,” Gunnell menambahkan.

Dalam catatan NBC News, dalam kondisi  kesehatannya yang menurun, Ali tidak gentar terjun dalam politik, beberapa bulan lalu dia merilis sebuah pernyataan yang mengkritik usulan calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump yang melarang umat Islam memasuki Amerika Serikat.

“Kita sebagai umat Islam harus memberi dukungan bagi mereka yang menggunakan Islam untuk memajukan negara,” kata Muhammad Ali, kala itu.

Ali yang terlahir dengan nama Cassius Clay pada 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky memulai masuk arena  tinju ketika ia berusia 12 tahun, ketika itu dia memenangkan gelar Sarung Emas di Amerika Serikat sebelum berlaga di Olimpiade 1960 di Roma. Saat itu dia memenangkan medali emas di nomor kelas berat.

Dari tinju amatir tidak lama kemudian, setelah Olimpiade di Roma dia beralih ke tinju profesional.

Di tinju profesional, pamor Ali menaik dan dia juga sempat melakukan aksi protes terkait dengan perbedaan warna kulit di Amerika Serikat yang terjadi di sebuah counter soda, saat itu dia melakukan aksi protesnya dengan membuang medali emas Olimpiade ke sungai.  

Ali terinspirasi melawan pemisahan dan perbudakan berdasar warna kulit di Negeri Paman Sam setelah bersahabat dengan aktivis Muslim Amerika di bawah pimpinan Malcolm X. Persahabatan dengan Malcolm tidak sebatas persahabatan di kelompok penentang perbudakan namun juga religius yang mengantarkannya memeluk Islam pada 1963, namun kala itu dia masih menggunakan nama Clasius Clay belum mengumumkan mengubah nama menjadi Muhammad Ali, baru setelah merobohkan Sonny Liston pada 1965 dia mengumumkan kepada publik tentang perubahan namanya menjadi Muhammad Ali.

Ali berhasil mempertahankan gelar enam kali, termasuk pertandingan ulang dengan Liston. Kemudian, pada tahun 1967, pada puncak Perang Vietnam, Ali menolak berpartisipasi wajib militer yang diselenggarakan  Angkatan Darat Amerika Serikat.

Dia mengatakan sebelumnya perang tidak sesuai dengan ajaran imannya, dan bahwa dia menyatakan tidak setuju Amerika Serikat memiliki musuh. 

“Hati nurani saya tidak akan membiarkan saya pergi menembak saudara saya, atau  orang lain, karena akan timbul kemiskinan, kelaparan, kenapa saya harus membantu Amerika untuk hal seperti itu,” kata Ali, kala itu.

Karena membangkang dari wajib militer, Angkatan Darat AS memutuskan mencabut gelar tinju yang pernah diraih Ali.  Dia kehilangan gelar tinju, dihukum karena rancangan penggelapan dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara.

“Musuh saya adalah orang kulit putih, tidak orang Vietnam, Tiongkok atau Jepang,” kata Ali yang kala itu menentang perbudakan di Amerika Serikat.

Ali mulai pensiun pada 1980 saat  dia didiagnosis  penyakit Parkinson, namun saat itu dia menyatakan tidak sakit.

“Jika saya telah memenangkan dua laga terakhir sepertinya saya tidak punya masalah, dan sekarang banyak orang akan merasa kasihan padaku, mereka pikir saya Superman, sekarang mereka bisa pergi,” kata Ali.

Ali setelah menyatakan diri pensiun lebih memilih kegiatan  kemanusiaan, yang dia buktikan pada saat 1985 dia pergi ke Lebanon  dan Irak pada tahun 1990 untuk mencari cara membebaskan warga Amerika Serikat yang disandera.  

Pada tahun 1996, ia menyalakan api Olimpiade di Atlanta, Amerika Serikat. Dia mengangkat obor dengan tangan gemetar.    (nbcnews.com).

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home