Loading...
RELIGI
Penulis: Martahan Lumban Gaol 20:37 WIB | Senin, 04 Agustus 2014

Munculnya ISIS adalah Kesalahan Amerika Serikat

diskusi “Umat Beragama & Kepercayaan Menolak ISIS Demi Keutuhan NKRI, di Galery Cafe, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Senin (4/8). (Foto: Martahan Lumban Gaol)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Penasehat Organization of Ahlulbayt for Social Support and Education (OASE), Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa Senator Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, John Mccain pernah mengatakan munculnya militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) merupakan kesalahan dari kebijakan luar negeri AS. Menurut John Mccain, seandainya AS masih di Irak, maka ISIS tidak akan ada.

“Menurut John McCain, kelahiran ISIS adalah kesalahan besar dari kebijakan luar negeri AS, karena menarik pasukannya. Seandainya AS tetap berada di Irak, maka ISIS tidak akan ada,” ucap Jalaluddin saat ditemui dalam diskusi “Umat Beragama & Kepercayaan Menolak ISIS Demi Keutuhan NKRI", di Galery Cafe, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Senin (4/8).

McCain berpendapat bahwa AS harus bertahan di Irak. Karena daerah tersebut memiliki sumber minyak terbesar di dunia.

“Menurut penjelasan McCain, mereka harus bertahan di Irak karena daerah itu punya sumber minyak nomor satu di dunia,” kata Jalaluddin.

Ingin Irak Tak Stabil

Anggota Legislatif terpilih untuk periode 2014-2019 dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu pun menyampaikan, perang di Irak adalah perang untuk minyak. Karena, AS ingin kondisi di Irak tidak stabil, sehingga mereka bisa tetap berada di daerah tersebut.

Demi mencapai hal tersebut, menurutnya AS menggunakan strategi “pecah belah”. AS mendesain Irak menjadi tiga wilayah. “Sebelah utara itu Kurdi, di tengah Mosul dan sekitarnya itu Sunni, dan di selatan Irak negaranya jadi Syiah,” kata Jalaluddin Rakhmat.

Bahkan menurut penuturan Jalaluddin, parlemen di Irak sendiri kini terbagi menjadi tiga golongan, yakni Kurdi, Syiah, dan Sunni. Setelah ISIS datang, muncullah ide referendum dari Kurdi untuk membentuk negara sendiri.

“Parlemen Irak hingga sekarang terdiri jadi tiga golongan tersebut. Begitu datang serangan ISIS, orang Kurdi ingin referendum untuk memisahkan diri dari Irak dan membentuk negara sendiri, yakni Negara Kurdi,” ucap dia.

Melihat hal ini, Jalaluddin pun kasihan melihat nasib orang Kurdi, menurutnya Kurdi adalah bangsa besar yang tidak memiliki negara sendiri.

“Kasihan orang kurdi, bangsa besar tapi tidak punya negara. Mereka tersebar di Turki, Iran, Suriah, dan di negara-negara sekitarnya. Jadi orang Kurdi mau bikin negara, orang Sunni mau bikin negara, dan orang Syiah juga demikian,” tutur dia.

Negara Islam Indonesia

Penasehat OASE itu menyampaikan hal terpenting dalam menghadapi ISIS adalah meruntuhkan gagasan dan pemikiran mereka. Karena, bila hal tersebut telah berhasil dikalahkan, maka keadaan tidak berlanjut ke peperangan.

“Satu hal paling penting dalam menghadapi ISIS adalah jika kita tidak bisa memerangi mereka secara fisik, kita harus bisa memerangi mereka secara gagasan. Kita harus bisa meruntuhkan pemikiran mereka lebih dahulu. Dengan menghentikan pemikiran mereka, maka keadaan tidak akan berlanjut pada peperangan,” ujar Jalaluddin.

Anggota Legislatif terpilih untuk periode 2014-2019 dari PDIP itu pun menyampaikan di Indonesia masih ada sekelompok umat Islam yang ingin mendirikan negara Islam. Bahkan, keinginan tersebut bisa dilihat dari partai politik berbasis massa Islam.

“Di Indonesia, keinginan atau kerinduan sekelompok umat Islam membentuk negara Islam masih ada. Sampai sekarang masih dianut, bahkan oleh partai poltik berbasis massa Islam. Hanya sekarang strateginya sudah berubah, mereka melancarkannya dengan politik lewat parlemen,” tutup Jalaluddin.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home