Loading...
INSPIRASI
Penulis: Weinata Sairin 15:24 WIB | Jumat, 24 Desember 2021

Natal: Membuka Perspektif Hidup Berpengharapan

Ilustrasi. Pernak pernik natal. (Foto: pixabay)

SATUHARAPAN.COM - Harapan, hope, pengharapan adalah milik manusia yang paling utama dan berharga. Harapan adalah sebuah power, yang memungkinkan manusia melangkahkan kakinya menyusuri lorong-lorong waktu untuk mencipta sejarah baru di pentas kehidupan. Alkitab menyatakan bahwa kita diselamatkan dalam pengharapan (Roma 8:24 dst). Bayangkan jika manusia tidak lagi memiliki pengharapan. Ia tergeletak dililit pesimisme dan ketidakberdayaan.

Sesuatu yang membuat seseorang itu kuat, tetap ceria dan bisa survive ditengah badai ganas yang mengguncang kehidupan adalah pengharapan. Pengharapan, hope adalah power, energi yang mengobarkan semangat juang bagi setiap orang tatkala ia didera banyak persoalan dalam hidupnya. Seseorang yang divonis dokter terkena kanker usus dan hanya bisa bertahan dalam hitungan hari tetap ceria karena ia punya pengharapan.Seorang nenek renta hidup dalam sebuah bangunan terbuat dari ranting-ranting pohon nir standar tetap murah senyum karena ia punya pengharapan.

Pada prinsipnya seluruh umat beragama memiliki dan mendasarkan pengharapannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan ajaran agama masing-masing,

Setiap seseorang menghadapi dan atau mengalami penderitaan dalam hidupnya, ia akan membaca Kitab Suci, membaca ayat-ayat yang memberikan penguatan iman, berdoa, berzikir dan atau melakukan berbagai aktivitas keagamaan sebagaimana yang dtetapkan oleh agama masing-masing,

Tatkala manusia didera derita dan atau mengalami persoalan maha berat dalam kehidupan, manusia religius datang menghampiri Kuasa Transenden dan memohon penguatan, perlindungan (bdk Mzm.32:25). Dalam konteks ini peranan agama menjadi amat penting dalam kehidupan umat manusia.

Agama tidak boleh hanya menjadi status seseorang, yang membedakannya dari orang lain. Agama harus diberlakukan secara efektif dalam kehidupan manusia. Agama harus diaktivasi. Agama tidak boleh hanya menjadi simbol, ornamen, kosmetik dalam kedirian manusia. Agama, secara khusus ajaran agama harus menjadi habitus manusia yang memandu jalan hidup manusia dari civitas terrena menuju ke civitas dei. Sejatinya manusia itu percaya kepada Tuhan, orang yang menyatakan diri atheis, sebenarnya nurani mereka tetap percaya kepada Tuhan.

Seorang bernama Mirabeau pemimpin Revolusi Perancis dikenal sebagai seorang yang tidak percaya kepada Tuhan. Pada tanggal 2 April 1791 ia terbaring dalam kondisi sekarat. Pada suatu hari yang cerah ia meletakkan tempat tidurnya dekat dengan jendela. Ia menikmati  pemandangan indah dengan cahaya mentari bersinar cerah. Ia lupa bahwa ia adalah seorang atheis yang selama ini selalu menyatakan bahwa tidak ada Tuhan. Melihat pemandangan indah itu ia berseru keras: "Tak mungkin keindahan ini terwujud jika tidak diciptakan oleh Tuhan".

Ada pepatah yang  berbunyi "padaMu Tuhan aku berharap". Ini adalah doa dan permohonan kepada Tuhan dari seseorang yang tengah berhadapan dengan realitas kehidupan yang tidak terlalu nyaman dan prospektif. Berharap kepada Tuhan adalah sesuatu yang biasa dan standar dalam kehidupan umat beragama. Kita berharap dan mohon agar hidup kita diberkati; agar anak-anak dan cucu kita sukses; agar hidup kita berada dijalan yang benar; agar bangsa kita hidup dalam perdamaian; agar bangsa kita tetap utuh satu dan bersatu tidak terbelah karena olitik dan Sara; agar keberbedaan afiliasi politik memperkukuh dan bukan menghancurkan NKRI; agar Pancasila dan UUD NRI 1945 menjadi roh setiap WNI sehingga mampu menjadi pemersatu dalam sebuah Indonesia yang majemuk; agar politik uang dan politik Sara dijauhi dalam berdemokrasi sehingga tidak mencederai kehidupan bangsa kita; agar diksi mayoritas" dan "minoritas" tidak hidup dalam mindset para pemimpin dan warga bangsa; agar korupsi, teroris, kejerasan seksual tidak lagi mencoreng identitas NKRI. Mari kita terus berharap dan bersandar kepada Tuhan di sepanjang hidup kita hingga maut menjemput.

Umat Kristen merayakan Natal 2021 ini ditengah guncangan pandemi dan Omicron. Namun Natal tetap dirayakan dengan penuh sukacita oleh karena Natal selalu membawa dan menghadirkan harapan baru baru bagi umat manusia. Secara teologis Natal adalah tatkala Allah mengasihi dunia(Yph 3:16) dengan mengutus putraNya yang tunggal yaitu Yesus Kristus untuk membarui tatanan dunia, untuk menebus dosa seluruh umat manusia. Secara praksis Natal juga diharapkan mampu membarui relasi antar manusia, mengubah mindset manusia yang primordialistik menjadi manusia yang inklusif yg menghargai keberbedaan yang ada. Natal takbisa dilarang, Natal takbisa direduksi, Natal takbisa diembargo atau ditiadakan.Natal takbisa dihadang oleh bom bunuh diri atau oleg kuasa apapun. Natal sebagai berita cinta kasih Allah akan terus mewarnai kehidupan umat manusia disetiap zaman, dimanapun.

Umat Kristen memahami bahwa Yesus Kristus adalah dasar pengharapan sehingga umat mau berjerih-lelah berjuang memenangi kehidupan(bdk. 1Kor 15:58)

Kelahiran Yesus Kristus merupakan bukti nyata bahwa Allah memberi harapan yang benar, bukan PHP.  Allah datang menjadi bagian dari sejarah manusia agar manusia menyadari hakikatnya sebagai imago dei. Natal memberi pengharapan bagi umat untuk mengukir sejarah baru ditengah dinamika kehidupan bangsa.Natal adalah Allah yang berbelarasa dengan manusia.

Gereja dan umat Kristen merayakan Natal dengan mewujudkan empati, diakonia bagi sesama yang menderita karena berbagai bencana alam, kejahatan ekonomi, HAM dan sebagainya. Natal mestinya mampu memberi perspektif hidup yang berpengharapan ditengah dunia yang penuh ketakutan dan kehilangan pengharapan.

Selamat Natal!
God Bless Us
God Bless NKRI!


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home