Loading...
INSPIRASI
Penulis: Juppa Haloho 01:00 WIB | Kamis, 21 Juli 2016

Nikmatnya Memberi

Pending coffee adalah salah satu cara memberi.
Secangkir Kopi (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Saya lupa bagaimana versi aslinya. Namun, beberapa waktu lalu seorang teman bercerita tentang kebiasaan di salah satu coffee shop di Eropa yang menerapkan pending coffee. Misalnya, empat orang minum kopi, tetapi membayar untuk enam cangkir. Dua cangkir—yang tidak mereka minum itu—disebut pending coffee yang akan diberikan pemilik cafetaria kepada mereka yang ingin minum kopi, namun tak sanggup membayar. Pending coffee adalah salah satu cara memberi.

Kami menerapkannya. Kami mulai di salah satu toko roti dekat kantor istri saya. Kala itu, toko itu belum memiliki ”took”, hanya gerai di pelataran sebuah toko keramik. Kami membayar lebih, seharga satu roti yang dibeli. ”Ini untuk siapa saja yang meminta, tapi tidak punya uang.” Memang daerah itu adalah daerah yang sering dilalui orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Kami juga melakukan di tempat-tempat lain—tentunya sesuai kesanggupan kami.

Sekarang kami mulai menerapkan dalam kelompok tumbuh bersama. Bagi kami, memberi adalah antitesis dari pelit dan kikir. Memberi adalah satu cara untuk tidak mencintai uang. Memberi adalah cara untuk tidak menjadikan uang sebagai ”Tuhan” yang harus didengarkan. Memberi adalah cara untuk tidak berfokus pada keakuan.

Memberi tidak akan membuat kita berkekurangan. Sebaliknya, tidak memberi juga tidak membuat kita merasa cukup. Memberi tidak akan membuat kita menyesal. Sebaliknya, memberi itu memberi kenikmatan.

Suatu kali, waktu saya membeli roti di tempat yang saya ceritakan di atas. Tiba-tiba saja, seorang Satpam di tempat itu menghampiri dan memeluk saya seraya berkata, ”Terima kasih.” Saya kaget dan bingung. Penjaga toko roti itu mengisyaratkan bahwa Pak Satpam ini salah seorang yang menikmati pending bread saya.

Itulah kenikmatan dari memberi. Saya tidak tahu siapa yang menerima pemberian saya. Kala itulah tangan kiri tidak tahu apa yang dilakukan tangan kanan. Saya tidak tahu seberapa besar pengaruh pemberian itu. Yang saya tahu, begitulah cara Tuhan menyediakan kebutuhan seseorang. Tuhan tidak menjatuhkan uang dari langit atau diam-diam menaruh uang dalam rekening kita.

Kami pernah mengalaminya. Kami meneruskannya kepada orang lain. Kiranya orang itu meneruskan pula kepada orang lain lagi.

Oh, alangkah nikmatnya memberi!

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home