Pakistan: Serangan Bom di Sebuah Madrasah, Delapan Tewas
PESHAWAR, SATUHARAPAN.COM-Sebuah ledakan bom dahsyat mengoyak sebuah madrasah Islam di pinggiran kota Peshawar, Pakistan pada Selasa (27/10) pagi, menewaskan sedikitnya delapan pelajar dan melukai 136 lainnya, kata polisi dan juru bicara rumah sakit.
Pemboman terjadi saat seorang ulama terkemuka berceramah di kelas khusus tentang ajaran Islam di aula utama madrasah Jamia Zubairia, kata petugas polisi Waqar Azim. Dia mengatakan penyelidikan awal menunjukkan bom meledak beberapa menit setelah seseorang meninggalkan tas di madrasah.
Rekaman video menunjukkan aula utama seminari yang rusak, tempat pemboman itu terjadi. Aula itu dikotori pecahan kaca dan karpetnya berlumuran darah. Polisi mengatakan sedikitnya lima kilogram bahan peledak digunakan dalam serangan itu.
Beberapa siswa yang terluka berada dalam kondisi kritis, dan otoritas rumah sakit khawatir jumlah korban tewas dapat bertambah. Pihak berwenang mengatakan beberapa guru dan karyawan madrasah juga terluka dalam pemboman itu.
Awalnya polisi mengatakan pemboman itu menewaskan dan melukai anak-anak yang belajar di madrasah, tetapi kemudian merevisi dan mengatakan bahwa para siswa berusia pertengahan 20-an.
PM Imran Khan Mengecam
Tak lama setelah penyerangan, warga bergegas ke madrasah untuk memeriksa putra atau kerabat mereka yang sedang belajar di sana. Banyak kerabat berkumpul di rumah sakit di kota, di mana para siswa yang tewas dan terluka dibawa oleh polisi dengan ambulans dan kendaraan lainnya.
Beberapa siswa Afghanistan yang belajar di madrasah juga termasuk di antara yang terluka, kata para pejabat.
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, mengecam pemboman itu dan meminta pihak berwenang untuk memastikan memberikan bantuan medis terbaik kepada para korban.
"Saya ingin meyakinkan bangsa saya bahwa kami akan memastikan para teroris yang bertanggung jawab atas serangan biadab pengecut ini dibawa ke pengadilan," kata Khan.
Pemboman tersebut mengundang kecaman dari partai oposisi negara itu, yang telah mengadakan demonstrasi yang dimaksudkan untuk memaksa pemerintah Khan mundur.
Badan PBB, UNICEF, juga mengengecam serangan itu. Dalam sebuah pernyataan, perwakilannya di Pakistan, Aida Girma, mengatakan “pendidikan adalah hak dasar setiap anak perempuan dan laki-laki, di mana saja. Sekolah tidak boleh menjadi target."
Ledakan Ketika Ceramah Berlangsung
Dari ranjang rumah sakit, seorang siswa yang terluka, Mohammad Saqib, 24 tahun, mengatakan ulama Rahimullah Haqqani sedang menjelaskan ayat-ayat Alquran ketika tiba-tiba mereka mendengar suara yang memekakkan telinga dan kemudian tangisan, dan dua melihat siswa berlumuran darah menangis minta tolong.
“Seseorang membantu saya dan memasukkan saya ke dalam ambulance dan saya dibawa ke rumah sakit,” katanya.
Saksi lain, Saeed Ullah, 24 tahun, mengatakan hingga 500 siswa hadir di aula utama pada saat ledakan. Dia mengatakan guru juga termasuk di antara mereka yang terluka dalam pemboman itu.
Sebuah video yang direkam oleh seorang mahasiswa di tempat kejadian menunjukkan ulama Haqqani sedang memberikan ceramah ketika bom meledak. Tidak jelas apakah guru itu termasuk di antara yang terluka.
Mohammad Asim, juru bicara Rumah Sakit Lady Reading, mengatakan delapan siswa tewas dan mereka menerima lusinan orang yang terluka, kebanyakan mahasiswa madrasah.
Serangan itu terjadi beberapa hari setelah intelijen Pakistan memperingatkan bahwa militan dapat menargetkan tempat-tempat umum dan gedung-gedung penting, termasuk madrasah dan masjid di seluruh Pakistan, termasuk Peshawar.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan di Peshawar yang merupakan ibu kota Provinsi Khyber Pakhtunkhwa yang berbatasan dengan Afghanistan. Provinsi ini telah menjadi tempat serangan militan dalam beberapa tahun terakhir, tetapi kekerasan sektarian juga telah menewaskan atau melukai orang di masjid atau madrasah di seluruh Pakistan.
Serangan terbaru terjadi dua hari setelah pemboman di kota Quetta yang menewaskan tiga orang. Taliban Pakistan telah menargetkan tempat-tempat umum, sekolah, masjid, dan militer di seluruh negeri sejak 2001, ketika negara Islam ini bergabung dengan perang melawan teror yang dipimpin Amerika Serikat menyusul serangan 11 September di Amerika Serikat.
Mohammad Khurasani, juru bicara Taliban Pakistan, mengecam pemboman itu. Dalam sebuah pernyataan, dia menggambarkan serangan itu sebagai tindakan pengecut, mengklaim bahwa institusi negara berada di belakangnya.
Para pemberontak telah menyatakan perang terhadap pemerintah Pakistan dan telah melakukan banyak serangan, termasuk serangan brutal terhadap sekolah yang dikelola tentara di kota Peshawar pada tahun 2014 yang menewaskan 140 anak dan beberapa guru. (AP/ Dawn)
Editor : Sabar Subekti
Petugas KPK Sidak Rutan Gunakan Detektor Sinyal Ponsel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar inspeksi mendadak di...