Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 08:36 WIB | Senin, 11 Juli 2016

Pala, Rempah Asli Indonesia Multikhasiat

Pala (Myristica fragrans, Houtt.). (Foto: thefloweringgarden.com)

SATUHARAPAN.COM – Nama pala tidak asing lagi terdengar di telinga. Pala menjadi salah satu komoditi yang luar biasa pada awal abad ke-16. Rempah-rempah kekayaan alam Nusantara ini bahkan menjadi salah satu penyebab awal mula penjajah asing masuk ke bumi Nusantara ini.

Nilai ekonomi yang tinggi sebagai rempah-rempah juga menyebabkan buah dan biji pala menjadi komoditi perdagangan penting sejak masa Romawi. Meskipun sekarang banyak negara penghasil pala selain Indonesia, pala dari Banda di Kepulauan Maluku tetap yang terbaik di dunia.

Daging buah pala diolah menjadi penganan, manisan contohnya, baik kering ataupun basah, juga menjadi sirop.

Selain daging buah, biji pala juga kaya manfaat, sangat aromatik, dan menimbulkan rasa hangat. Biji pala cepat kehilangan keharumannya jika digiling, sehingga cukup memarut secukupnya sebelum menggunakannya. Ampasnya keras, hampir seperti kayu, dan sangat asam.

Di Indonesia, biji pala digunakan untuk membuat selai lezat beraroma sedap. Di negara-negara Arab, Iran, dan India di wilayah utara, pala terdapat dalam hidangan daging berempah yang lembut. Dalam tradisi masakan Barat, rempah ini digunakan untuk saus bechamel, kue, biskuit, rebusan buah, dan keju. Kombinasi bayam dan biji pala populer di Italia untuk pasta, seperti ravioli. Orang Belanda menggunakannya untuk mengolah daging, membumbui sup, membumbui rebusan, saus, juga kubis, kentang, dan sayuran lain.

Selain dimanfaatkan sebagai rempah-rempah dapur, minyak biji pala juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun. Menurut JW Purseglove, Eb Brown, dan SL Green, tanaman pala adalah tanaman rempah asli Kepulauan Maluku, Pulau Banda, dan Semenanjung Malaya. Pala dibudidayakan di Indonesia dan kawasan Hindia Barat.

Pala yang menurut Wikipedia memiliki nama ilmiah Myristica fragrans, Houtt., juga memiliki nama lain yakni mace (Inggris), basbas (Arab), rou dou kou (Tiongkok), foelie (Belanda), fleur de muscade (Prancis), bicuiba (Portugis). Warga di Tanah Melayu menyebutnya pala, sementara di Banda, pala juga dikenal dengan nama pahalo, paala, paala bibinek.

Pala Indonesia Memiliki Aroma Khas

Pala, menurut ditjenbun.pertanian.go.id adalah tumbuhan pohon dengan tampilan tajuk berbentuk piramida atau silindris dengan tinggi 10-20 m. Percabangannya relatif teratur.

Tumbuhan ini berumah dua (dioecious), sehingga dikenal pohon jantan dan pohon betina. Daunnya berbentuk elips langsing, dan berwarna hijau mengkilap dan gelap.

Bunganya, mempunyai kelopak dan mahkota yang berbeda, berwarna kuning. Mahkota bunga betina bersatu mulai dari bagian pangkal dan pada bagian atas terbuka menjadi dua bagian yang sistematis.

Buahnya berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning, berdaging, dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli berwarna merah. Satu buah menghasilkan satu biji berwarna cokelat dan mengkilat pada bagian luarnya, kernel bijinya berwarna keputih-putihan. Fulinya warna merah gelap, ada pula yang putih kekuning-kuningan dan membungkus biji menyerupai jala.

Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari fulinya. Pengeringan memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian dalam biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai pala. Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14 persen.

Saat ini pala tersebar di banyak daerah  di Indonesia. Selain Maluku, juga Minahasa, Jawa Tengah, Sulawesi, Sumatera, dan Papua. Menurut Achmad Bachmid, sampai saat ini diperkirakan 85 persen kebutuhan pala di pasaran dunia berasal dari Indonesia. Sisanya dipenuhi dari negara lain seperti Grenada, India, Sri Lanka, dan Papua Nugini.

Pala jenis Myristica fragans kini juga banyak dibudidayakan di Aceh Selatan, seperti dikutip dari situs nad.litbang.pertanian.go.id. Pala jenis ini memiliki kualitas ekonomi lebih tinggi dan harga jual lebih mahal di pasaran internasional. Data dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh Selatan menyebutkan pada tahun 2001 Aceh Selatan mampu menghasilkan 4.937 ton pala dengan devisa sedikitnya Rp 6,5 miliar.

Menurut Sunanto, hasil pala Indonesia mempunyai keunggulan di pasaran dunia karena memiliki aroma yang khas dan memiliki rendemen minyak tinggi. Selain dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis, tanaman ini juga multiguna. Setiap bagian tanaman, mulai dari daging, biji, hingga tempurung pala dapat dimanfaatkan untuk industri makanan, minuman, maupun kosmetika.

Khasiat Pala

Biji buah pala mengandung minyak atsiri, saponin, miristisin, enzim lipase, pektin, lemonena, asam oleanolat, pentosan, dan furfural. Biji pala mengandung sekitar 10 persen minyak esensial, yang sebagian besar tersusun atas terpena hidrokarbon, turunan terpena, dan fenilpropanoid.

Hampir seluruh bagian dari buah pala mengandung senyawa kimia bermanfaat. Beberapa manfaat buah pala antara lain mengobati susah tidur, mengobati masuk angin, melancarkan pencernaan dan meningkatkan selera makan, karminatif (memperlancar buang angin), meringankan nyeri haid, mengobati rematik serta mengatasi rasa mual seperti mau muntah. Senyawa kimia dalam pala bisa menghilangkan insomnia tidur yang tidak berkualitas.

Buah pala juga memiliki sifat antiemetik. Antiemetik tersebut bermanfaat untuk menghilangkan mual dan muntah, dan cocok sekali untuk orang yang mudah mabuk kendaraan. Buah pala mengandung zat saponin yang bermanfaat untuk meredakan dan menurunkan asam lambung di dalam tubuh.

Dr Keri Lestari MSi Apt dari Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Bandung, melalui penelitiannya, berhasil membuat obat antidiabetes dari ekstrak biji pala. Di dalam penelitian yang dilaksanakan bekerja sama dengan Yonsei University Korea itu, ditemukan aktivitas ekstrak biji pala berpotensi untuk penyakit diabetes.

Pada tahun 2010 Keri mendapatkan hak paten atas pembuatan dan penggunaan ekstrak biji pala sebagai anti hiperglikemik, untuk obat antidiabetes pada pasien diabetes tipe 2. Pada tahun 2012, Keri mendapatkan hak paten atas sediaan bahan untuk obat antidislipidemik menggunakan ekstrak biji pala dan metode pembuatannya.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home