Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 15:42 WIB | Selasa, 12 Juli 2016

Pinang, Kini Juga Diolah untuk Teh dan Jus

Pinang (Areca catechu). (Foto: phytoimages.siu.edu)

SATUHARAPAN.COM – Ingat pinang, ingat panjat pinang. Memanjat batang pinang berlumur gemuk yang licin itu hingga ke puncak, menjadi atraksi meriah dalam merayakan peringatan kemerdekaan republik ini, yang lebih dikenal dengan 17 Agustusan.

Namun, popularitas pinang sebenarnya tidak sebatas pada lomba panjat pinang. Buah pinang sendiri sudah dikenal sejak dulu oleh nenek moyang kita, sebagai bahan campuran makan sirih selain gambir dan kapur.

Pinang juga sudah sangat lama menjadi bagian kehidupan sehari-hari masyarakat di Nusantara. Buktinya, relief pada Candi Borobudur dan Candi Sukuh, menampilkan pohon pinang secara jelas.

Pinang adalah sejenis palma yang tumbuh di daerah Pasifik, Asia, dan Afrika bagian timur. Akar pinang jenis pinang hitam, pada masa lalu digunakan sebagai bahan peracun untuk menyingkirkan musuh atau orang yang tidak disukai. Pelepah daun yang seperti tabung (dikenal sebagai upih) digunakan sebagai pembungkus kue-kue dan makanan. Umbutnya dimakan sebagai lalapan atau dibikin acar. 

Meski kurang begitu awet, kayu pinang yang tua juga dimanfaatkan untuk bahan perkakas atau pagar. Batang pinang tua yang dibelah dan dibuang tengahnya digunakan untuk membuat talang atau saluran air. Pinang juga kerap ditanam, di luar maupun di dalam ruangan, sebagai pohon hias atau ornamental.

Saat ini biji pinang sudah menjadi komoditi perdagangan. Ekspor dari Indonesia diarahkan ke negara-negara Asia selatan seperti India, Pakistan, Bangladesh, atau Nepal. Negara-negara pengekspor pinang utama adalah Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Myanmar.

Biji pinang yang diperdagangkan terutama yang telah dikeringkan, dalam keadaan utuh (bulat) atau dibelah. Di negara-negara importir tersebut biji pinang diolah menjadi semacam permen sebagai makanan kecil.

Pohon pinang menurut Wikipedia memiliki nama ilmiah Areca catechu. Selain itu, pinang juga dikenal dengan berbagai nama daerah, di antaranya pineung (Aceh), pining (Batak Toba), penang (Medan), jambe (Sunda, Jawa), atau bua, ua, wua, pua, fua, hua (aneka bahasa di Nusa Tenggara dan Maluku). Dalam bahasa Inggris tumbuhan ini dikenal sebagai betel palm atau betel nut tree.

Secara sekilas pohon pinang memiliki bentuk yang sama dengan pohon kelapa. Namun, bila diperhatikan dengan seksama terlihat sangat berbeda.

Pinang adalah tumbuhan sejenis palma, mempunyai batang yang tinggi hingga mencapai ketinggian 25 m. Batangnya berbentuk langsing dan lurus ke atas dengan diameter 15 cm, meski ada pula yang lebih besar. Tajuk tidak rimbun. Pelepah daun berbentuk tabung, tangkai daun pendek, dengan ujung sobek dan bergerigi.

Tongkol bunga dengan seludang yang panjang dan mudah rontok, muncul di bawah daun, dengan tangkai pendek bercabang rangkap, dengan satu bunga betina pada pangkal. Di atasnya, banyak bunga jantan tersusun dalam dua baris yang tertancap dalam alur.

Buah buni bulat telur terbalik memanjang, berwarna merah oranye, dengan dinding buah berserabut. Biji berbentuk telur, dan memiliki gambaran seperti jala. Di Jawa, pinang tumbuh hingga ketinggian 1.400 m di atas permukaan air laut.

Khasiat Herbal Pinang

Secara tradisional, biji pinang telah sering digunakan masyarakat  dalam ramuan untuk mengobati sakit disentri, diare berdarah, dan kudisan. Biji ini juga dimanfaatkan sebagai penghasil warna merah dan bahan penyamak.

Biji pinang mengandung alkaloida, seperti misalnya arekaina (arecaine) dan arekolina (arecoline), yang sedikit banyak bersifat racun dan adiktif, dapat merangsang otak. Sediaan simplisia biji pinang di apotek biasa digunakan untuk mengobati cacingan, terutama untuk mengatasi cacing pita.

Bagi peternak atau mereka yang berkecimpung di bidang peternakan, seperti dikutip dari bali.litbangpertanian.go.id, walaupun belum dikenal secara meluas, pinang sangat besar khasiatnya, karena kandungan zat kimianya yang dapat digunakan untuk mengobati ternak yang sakit seperti penyakit cacing.

Tannin, lemak, dan alkaloid merupakan komponen yang memegang peranan penting dan utama. Alkaloid yang terkandung dalam buah pinang berupa minyak basa keras yang disebut arekolin bersifat kolienergik yang berfungsi memberi efek penenang. Senyawa inilah yang berguna dalam pengobatan penyakit askariasis (parasit) pada ternak.

Menurut Toguan Sihombing dalam bukunya, Pinang: Budidaya dan Porspek Bisnis, sifat astringent dan hemostatik dari zat tannin itulah yang berkhasiat untuk mengencangkan gusi dan menghentikan perdarahan. Bahkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Triveni, Dusun Pausan, Desa Buahan Kaja, salah satu lokasi kegiatan BPTP Bali di wilayah Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, telah membuat pengolahan buah pinang muda menjadi teh pinang dan jus pinang, agar masyarakat dapat mengkonsumsinya untuk kesehatan.

Prof H Unus Suriawiria, pakar bioteknologi dan agroindustri dari Institut Teknologi Bandung, mengatakan pinang telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisonal untuk menguatkan gigi dan gusi. Caranya dengan mengunyah irisan biji pinang. Kebiasaan ini juga diterapkan masyarakat pedalaman di India, Pakistan, Nepal, Hong Kong, dan Taiwan.

Buah pinang tidak hanya berguna untuk gigi dan gusi. Dalam biji pada buah ini terkandung zat yang bermanfaat sebagai obat peningkat gairah. Penelitian di Jepang dan Taiwan menyebutkan, sebuah biji pinang memiliki khasiat setara dengan lima bungkus obat peningkat gairah yang terbuat dari senyawa sintetik.

Demikian juga penelitian yang dilakukan tim peneliti Mikrobiologi, PSG College of Arts and Science, Coimbatore, India, yang menilai efek afrodisiak dari pinang. Penelitian pada tikus menunjukkan ada peningkatan yang berkelanjutan dalam aktivitas seksual tikus jantan normal, tanpa efek samping.

Penelitian yang dilakukan tim peneliti Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan Badan POM-Jakarta, seperti dikutip dari farmasi.ugm.ac.id membuktikan ekstrak etanolik biji pinang (EP) dapat menghambat pertumbuhan sel kanker payudara, karena memiliki efek antiproliferatif dengan menghambat pertumbuhan dan memacu apoptosis.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home