Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 09:29 WIB | Senin, 25 Februari 2019

Pameran Perupa Muda "Alur"

Pameran Perupa Muda "Alur"
Karya seri Kadek Marta Dwipayana berjudul “Ronta” dalam pameran bertajuk “Alur” di di Indieart house, Jalan AS Samawat No 99 Tirtonirmolo-Kasihan, Bantul, 3-14 Februari 2019. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi).
Pameran Perupa Muda "Alur"
Lukisan seri mozaik tiga matra-flat berjudul Dawn’s Light karya Putu Sastra Wibawa.
Pameran Perupa Muda "Alur"
Dompet/tas kecil dengan sentuhan lukisan berbahan kanvas karya Kadek Marta Dwipayana.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Mengangkat tema "Alur" dua seniman-perupa muda Kadek Marta Dwipayana dan Putu Sastra Wibawa mempresentasikan karyanya di Indie art house, Jalan AS Samawat No 99 Tirtonirmolo-Kasihan, Bantul. Pameran berlangsung 3-14 Februari 2019.

Eksplorasi dan eksperimentasi, inilah yang tergambar dari karya kedua seniman-perupa. Empat puluh karya panel berjudul Ronta yang dibuat Kadek Marta Dwipayana memanfaatkan sisa-sisa potongan kanvas menjadi karya tiga matra dengan kekuatan sentuhan lukisan menjadi karya yang eksploratif ketika karya tersebut bahkan bisa difungsikan.

Di luar 40 karya panel tersebut, Dwipayana mencoba mengembangkannya dengan membuat beberapa tas/dompet kecil dalam ukuran di bawah 20 cm yang bisa digunakan untuk menyimpan alat tulis maupun gawai pintar semisal telepon genggam ataupun tablet, serta buku catatan berbingkai dengan sampul kanvas yang dilukis.

Goresan abstrak dalam karya panel Ronta dalam sebuah kesatuan bisa dilihat pada karya Dwipayana berjudul Buaian, sebuah lukisan dengan cat akrilik di atas kanvas berukuran 90 cm x 90 cm.

Berbeda dengan Dwipayana, Putu Sastra Wibawa mempresentasikan dua lukisan seri dalam penyajian yang berbeda. Pada lukisan seri A Journey, sembilan lukisan kanvas dengan ukuran masing-masing 50 cm x 50 cm, Sastra melakukan pengembaraan bentuk-bentuk geometri lingkaran dalam balutan goresan objek dengan warna-warna kusam.

Eksplorasi Sastra berlanjut pada tiga lukisan seri Dawn’s Light. Pada ketiga lukisan tersebut Sastra memotong dalam bentuk geometri yang beragam dan menempelkan pada plat di atas kanvas. Hasilnya karya seri Dawn’s Light memberikan citraan dua-tiga matra tanpa kehilangan detail menjadi sebuah lukisan mozaik tiga matra yang flat. Menarik menunggu eksplorasi Sastra dalam proses karya berikutnya.

Dalam tiga tahun terakhir seniman-perupa muda kerap melakukan eksperimen dengan berbagai kemungkinan dalam eksplorasi medium, teknik, konsep, hingga multi-platform karya dan lintas disiplin seni. Eksperimen-eksperimen tersebut menarik mengingat kekuatan ide masih menjadi tawaran yang menonjol dari seniman-perupa muda sehingga memungkinkan munculnya kebaruan karya yang sudah tidak terbatasi oleh disiplin seni yang digelutinya.

Perkembangan tersebut akan mendorong munculnya karya seni yang melintasi batasan-batasan psikologi pop-high art. Dengan demikian, seni semakin tidak berjarak dengan siapa pun tanpa kehilangan aspek artistik-estetikanya. Sederhananya, ambillah contoh karya tas/dompet kecil berbahan kanvas dengan lukisan yang dibuat Kadek Marta Dwipayana, dalam jumlah banyak serta sifat karya dalam dimensi kecil yang hard carry memiliki peluang besar terapresiasi oleh masyarakat luas.

Karya-karya yang berbasis pada kekuatan tangan (craftmanship) yang dibuat oleh seniman-perupa muda hari ini dengan eksperimen dan eksplorasi dalam banyak hal, ke depannya akan menjadi penting dan akan mewarnai seni rupa di masa datang.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home