Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 12:45 WIB | Kamis, 08 Juni 2017

Pameran Tunggal "The Secret Code of Heri Dono" Dibuka

Pameran Tunggal "The Secret Code of Heri Dono" Dibuka
Instalasi patung "The Moon Racer" (fiberglass, 2008) karya Heri Dono yang turut dipamerkan dalam pameran " The Secret Code of Heri Dono", di studio Kalahan, Gamping-Sleman, 7 Juni-7 Juli 2017. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Pameran Tunggal "The Secret Code of Heri Dono" Dibuka
Penampilan musisi Untung Basuki bersama Sanggarbambu Yogyakarta: Tribute to Leo Kristi.
Pameran Tunggal "The Secret Code of Heri Dono" Dibuka
Perupa Heri Dono berbincang dengan dosen ISI Yogyakarta, M. Dwi Marianto (bertopi) dan Dewa Made J. Sastrawan (batik hitam) dalam pembukaan pameran, Rabu (7/6) malam.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penampilan performance Kuda Binal di halaman Studio Kalahan yang berada di Dusun Patukan, Ambarketawang Kec. Gamping - Sleman, mengawali pembukaan pameran tunggal perupa Heri Dono bertajuk "The Secret Code of Heri Dono", Rabu (7/6) malam.

Penampilan tari dan musik yang terkesan slenco (tidak harmoni) akibat adanya beberapa bagian yang tidak saling beriringan tersebut melibatkan siswa SMKI Yogyakarta hingga mahasiswa ISI Yogyakarta dibawah arahan Josep Praba selaku music composer. Musik didalam "Kuda Binal" tidak dimaksud untuk mengiringi tari, begitupun gerakan tarinya bisa bebas tanpa harus sesuai dengan irama musiknya.

Atas permintaan Heri Dono sambutan pembukaan pameran dilakukan secara unik oleh Dewa Made J. Sastrawan, staf khusus Menteri Perhubungan Bidang Organisasi Internasional dan Negara India dalam tiga bahasa berbeda: bahasa Bali, bahasa Indonesia, serta bahasa Inggris oleh Sastrawan.

"Penyelenggaraan pameran di Studio Kalahan ini bukan saja ide baru, tetapi juga merupakan sikap yang murah hati dari Heri Dono untuk berbagi ide dan pengalaman dalam contemporary art." kata Dewa Made J. Sastrawan dalam sambutan pembukaan pameran, Rabu (7/6) malam.

Sastrawan menjelaskan bahwa saat datang ke pameran seni di studio Kalahan, pengunjung tidak saja akan melihat, merasakan, mencium, menyentuh karya seni Heri Dono, tetapi pengunjung akan merasakan sebuah perjalanan inspirasinya sendiri, karena jiwa-raga akan dibawa larut dan menyatu dalam alam pikiran proses penciptaan karya Heri Dono.

Sebelum dan setelah sambutan dari Sastrawan, musisi kontemporer Untung Basuki bersama beberapa anggota Sanggarbambu Yogyakarta membawakan lagu-lagu Leo Kristi sebagai penghormatan kepada musisi Leo Kristi yang meninggal dunia 21 Mei lalu yang rencana awalnya akan terlibat dalam pementasan pada pembukaan pameran ini.

"The Secret of Heri Dono" yang berlangsung 7 Juni hingga 7 Juli 2017 di Studio Kalahan akan menyajikan pameran tunggal Heri Dono menampilkan karya lukisan, patung, seni instalasi, dan wayang sejak tahun 1990-an hingga karya terbaru, studio tour untuk mengembangkan jaringan dan kerja sama antara Studio Kalahan dengan institusi dan kurator seni, diskusi Reading the Personal Code of Heri Dono untuk memperdalam wawasan mengenai karya Heri Dono, performance art wayang legenda, serta workshop wayang bersama Heri Dono yang mempertemukan audiens dengan Heri Dono dalam sebuah workshop kreatif membuat wayang.

Kuda Binal, masihkah binal?

"Kuda Binal" adalah performance art kolaborasi antara Heri Dono dan musisi-perupa Josep Praba pada dua puluh lima tahun silam (29/7/1992) yang dipentaskan di Alun-alun Utara Yogyakarta.

Tema "Kuda Binal" mengenai kehancuran alam dan satwa-satwa dunia yang mengalami kehancuran akibat nafsu angkara murka dari sifat-sifat jahat manusia. Lingkungan hidup telah dirusak perkembangan ekonomi, ilmu dan teknologi, dan juga oleh mitos-mitos modernisasi, kemajuan dan kekuasaan.

"Pada perform tahun 1992, waktu itu tampil secara lengkap dengan notasi, dan instrumen brass saxon yang komplit:  trompet, trombon, saksofon, dll. Saat penampilan tahun 1992 di Alun-alun Utara penonton datang secara bertahap makin lama makin banyak. Rencana pementasan yang awalnya hanya dua jam akhirnya berlanjut dan selesai sampai menjelang subuh." kata Josep Praba, Rabu (7/6) malam.

"Kuda Binal" diciptakan karena keresahan dan kebangkrutan seni tradisi yang terlalu dikungkung oleh pola-pola pelestarian, pendokumentasian atas nostalgia serta me'museum'kannya di dalam forum-forum besar (pemerintah-swasta) seperti di TV, hotel-hotel, institusi-institusi kebudayaan yang mudah dilihat, namun tidak dalam kenyataan dan tidak hidup didalam masyarakatnya.

"Kuda Binal" diadopsi dari kuda lumping atau jathilan yang masih hidup dan sanggup bernapas sebagai seni tradisi walaupun kembang kempis dan nilai luhurnya menurunkan derajatnya menjadi kesenian yang hanya pada target mencari 'sesuap nasi' dan kehilangan  elan spiritualnya serta keseniannya.

"Kuda Binal" lahir dari tradisi-tradisi di masyarakat dan diciptakan sebagai seni kontemporer yang ditawarkan kepada khalayak masyarakat dengan kemungkinan-kemungkinan yang dapat ditradisikan.

"Kuda Binal" dipentaskan saat itu salah satunya sebagai bentuk kritik Heri Dono bersama Josep Praba dan kawan-kawan atas pembinaan dan perkembangan seni tradisi oleh para pihak dianggap hanya sebagai pemanis yang saat itu sedang gencar menyambut Visit ASEAN Year '92.

Mengawali pameran tunggalnya dengan sebuah sajian "Kuda Binal" yang sudah mengalami beberapa perubahan semisal kostum, instrumen musik yang dipakai, akankah Heri Dono tetap binal menampilkan deformasi liar dan fantasi bebas pada karya-karya berikutnya? Setidaknya dengan tawaran "museum wacana" seni rupa, Heri Dono sedang membawa sebuah tawaran baru: museum dalam konteks ruang dalam membekukan pemikiran dan nilai.

Pameran yang sedang berlangsung mungkin bisa sedikit menjawabnya.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home