Loading...
INDONESIA
Penulis: Endang Saputra 18:34 WIB | Kamis, 06 November 2014

Panglima TNI Tinjau Indo Defence 2014

Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko (Foto: Elvis Sendouw)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Panglima TNI Jenderal Moeldoko meninjau dan mengunjungi sejumlah stan industri pertahanan dalam Indo Defence Expo dan Forum 2014, di arena Pekan Raya Jakarta, Kemayoran Jakarta, Kamis (6/11).

Dalam kunjungannya itu Moeldoko kerap berhenti dan berdialog dengan para petugas gerai-gerai indusri pertahanan dalam dan luar negeri yang memamerkan produk-produk andalannya. 

Dia sempat menyatakan bahwa Indonesia bisa membuat sebagian besar piranti radar pertahanan titik di darat sebagaimana buatan satu pabrikan besar Amerika Serikat. 

Dia berharap baik masyarakat luas maupun prajurit TNI secara khusus dapat menyadari betapa pentingnya peningkatan industri pertahanan.

"Ini adalah acara tahunan. Sangat bagus. Prajurit saya bisa mengikuti perkembangan teknologi industri pertahanan. Masyarakat juga bisa memahami bahwa senjata TNI itu mahal," kata Moeldoko, di Jakarta, Kamis (6/11).

Ia mengatakan persenjataan pertahanan yang digunakan TNI bukanlah persenjataan yang murah dan TNI mau tidak mau harus mengikuti perkembangan teknologi agar tidak ketinggalan dengan negara lainnya.

"Persenjataan TNI tidak murah, tetapi kita tetap harus mengikuti agar memiliki keseimbangan kekuatan, sehingga kekuatan kita bisa seimbang dengan negara lain," kata dia.

Moeldoko juga menjelaskan, dalam meningkatkan pertahanan nasional untuk tidak meninggalkan produksi dalam negeri.

"Kami tidak meninggalkan produk dalam negeri. Itu kami prioritaskan. Tetapi persoalan high technology tetap tidak bisa ditinggalkan, oleh karenanya perlu transfer of technology atau alih teknologi," kata dia.

Selain itu, Moeldoko mengatakan ada tiga besar calon pesawat tempur TNI AU yang diproyeksikan menggantikan jajaran Northrop F-5E/F Tiger II, yakni Sukhoi Su-35 Flanker, JAS-39 Gripen, dan F-16 Block 52+ Fighting Falcon. 

"Belum diputuskan… Gripen memang juga kami pertimbangkan selain Su-35 dan F-16 itu. Faktor politik juga jadi pertimbangan," katanya.

Dia baru mendarat di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, setelah menghadiri Pertemuan Internasional Para Panglima Angkatan Bersenjata Internasional, di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam. 

Di antara ketiga calon pesawat tempur terbaru TNI AU itu, dua di antaranya hadir di Indo Defence 2014, yaitu Sukhoi Su-35 Flanker di gerai besar Rusia dan JAS-39 Gripen di gerai besar Swedia, di bawah bendera perusahaan pabrikannya, SAAB. 

JAS-39 Gripen bahkan menghadirkan instrumen demonstatornya, yang mirip dengan simulator namun tidak bisa memberi sensasi sejati saat pilot menerbangkan pesawat terbang itu. 

Satu partisipan yang mencoba menarik perhatian pengunjung dan peletak kebijakan pertahanan nasional, yang hadir pada Indo Defence 2014 itu, adalah Eurofighter Typhoon. Typhoon dipakai tujuh negara, yaitu empat negara konsorsium pembuat (Inggris, Italia, Jerman, dan Spanyol), plus Oman, Arab Saudi, dan Austria).

Serupa dengan JAS-39 Gripen, Eurofighter juga memberi kesempatan kepada publik pengunjung untuk mencoba instrumen demonstratornya di gerai mereka. 

F-5E/F Tiger II merupakan pesawat terbang generasi dasawarsa '80-an (generasi 3), yang telah memperkuat Skuadron Udara 14 TNI AU selama lebih dari 30 tahun. Sejumlah upaya untuk meningkatkan performansinya sebetulnya telah dilakukan TNI AU, di antaranya menerapkan Program MACAN pada awal 2000-an, hasil kerja sama dengan SABCA Belgia. 

Di ASEAN, tercatat Angkatan Udara Kerajaan Thailand yang juga mengoperasikan F-5E/F Tiger II. Namun mereka akhirnya juga beralih kepada JAS-39 Gripen dari SAAB, yang menawarkan program tranfer teknologi penuh, dan pembuatan bagian-bagian pesawat terbang itu kepada Thailand. 

JAS-39 Gripen dioperasikan di tujuh negara juga, yaitu Swedia, Brazil, Republik Czech, Hungaria, Afrika Selatan, dan Inggris, yang nota bene juga mengoperasikan Eurofighter Typhoon. 

Sedangkan Sukhoi Su-27/30 Flanker, Malaysia juga mengoperasikan pesawat tempur ini sebagaimana juga dengan MiG-29 Fulcrum, buatan Rusia. 

Indonesia menjadi negara pertama ASEAN yang mengoperasikan Sukhoi Su-27/30MKI, yang memerlukan biaya sekitar Rp400 juta perjam terbang per unit pesawat tempur itu. 

Sistem persenjataan pokok mereka juga telah lengkap sejak beberapa tahun lalu, di antaranya peluru kendali udara-ke-udara (jarak dekat) Vympel R-73 Archer dan Vympel R-27 Alamo untuk jarak menengah-jauh. (Ant)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home