Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 13:14 WIB | Jumat, 18 November 2016

Paus Fransiskus: Korupsi Adalah Perilaku Iblis

Ilustrasi. Paus Fransiskus berdoa di depan renruntuhan gempa di Amatrice. Vatikan mengatakan pandangan Cavalcoli menyinggung dan memalukan. (Foto: Osservatore Romano/EPA)

VATIKAN, SATUHARAPAN.COM – Paus Fransiskus hari Kamis (17/11) memperingatkan para pebisnis Katolik bahwa tindakan korupsi adalah tindakan mengikuti perilaku iblis. Menurutnya, tindakan itu lahir karena manusia menyembah uang.

“Korupsi adalah wabah sosial terburuk. Tindakan itu adalah sebuah kebohongan yang dilakukan setiap anggota kelompok yang ingin mencari keuntungan pribadi  dengan kedok melayani  masyarakat,” kata  Paus Fransiskus saat berbicara kepada ratusan pemimpin bisnis di dalam Vatikan Apostolic Palace selama Konferensi Asosiasi Usaha Katolik Internasional 17-18 November, dan diberitakan Catholic News Agency.

Konferensi tersebut diselenggarakan Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, tema pertemuan ini adalah: "Para Pemimpin Bisnis: Agen Inklusi Sosial dan Ekonomi"

Menurut Paus Fransiskus, sikap korupsi adalah sikap yang mengedepankan keegoisan, sikap yang tersembunyi di balik kemurahan hati dari setiap orang.

Dia mencatat korupsi adalah tindakan yang berasal dari manusia yang melakukan penyembahan atas uang dan menjadikan manusia mereka sebagai pihak yang terpenjara dalam uang. 

Korupsi, kata dia, adalah penipuan untuk demokrasi dan apabila manusia membuka pintu untuk kejahatan mengerikan tersebut sama artinya dengan melegalkan obat, prostitusi, perdagangan manusia, perbudakan, penjualan organ tubuh dan perdagangan senjata. “Korupsi adalah tindakan menjadi pengikut iblis, bapa segala dusta."

Paus mengatakan saat ini banyak aktivitas bisnis terus diganggu oleh banyak hal yang berisiko yang pertama, menurut Fransiskus, adalah  risiko menggunakan uang.

Paus Fransiskus sering berbicara tentang bahaya menempatkan uang di pusat kehidupan dan kegiatan seseorang, Paus Fransiskus menyebutnya sebagai kotoran iblis.

Dia mengatakan kepada para pebisnis seperti yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus Kristus bahwa uang dan kekayaan adalah dua hal yang baik ketika mereka diletakkan murni untuk pelayanan, tetapi sebaliknya uang akan menjadi sebuah hal yang “jahat”.

“Karena itu, uang harus melayani sebuah hal yang bukan mengendalikan manusia," katanya.

"Uang hanya instrumen teknis yang berfungsi sebagai penengah, karena ada perbandingan nilai dan hak, selain itu ada pemenuhan kewajiban dan tabungan,” tambah Paus Fransiskus.

Dia menjelaskan dalam terminologi teknis, uang tidak memiliki nilai yang netral, tapi menentukan nilai sebuah benda sesuai dengan tujuan dan penggunaan uang.  

Menurut Paus Fransiskus bisnis tidak harus untuk mendapatkan uang, bahkan jika diukur dengan uang maka ada bisnis sebagai bagian pelayanan.

Paus Fransiskus menekankan perlunya untuk memperbarui makna sosial dari kegiatan keuangan dan perbankan, yang harus selalu sama artinya dengan kecerdasan dan kreativitas dari pengusaha.

Untuk melakukan hal ini, Paus Fransiskus mengatakan seorang pebisnis harus mengikuti sebuah kerumitan hidup karena harus meninggalkan keuntungan ekonomi tertentu.

Dia bersikeras kredit yang digunakan harus dapat diakses untuk perumahan, untuk usaha kecil dan menengah, petani, kegiatan pendidikan, kesehatan, perbaikan dan integrasi dari pusat-pusat kota termiskin di masyarakat.

Dia memperingatkan bahwa logika pasar yang tidak dapat diubah yakni membuat kredit lebih murah dan lebih mudah diakses bagi mereka yang kaya, namun lebih mahal dan sulit bagi mereka yang memiliki sumber daya lebih sedikit.

“Inilah yang seringkali terjadi yakni bagian termiskin dari masyarakat jatuh ke tangan pebisnis atau pihak-pihak yang tidak bermoral,” kata dia.

Dia menambahkan pada tingkat internasional, terlihat bahwa pembiayaan negara-negara miskin dapat menjadi kegiatan riba (mencari keuntungan semata). Dia menambahkan jika seseorang membuat prosedur bisnis dapat diakses dan menguntungkan semua orang maka seharusnya seorang pebisnis memiliki perasaan mengucap syukur.  

Dia mengatakan negara perlu melakukan intervensi dalam rangka melindungi kepemilikan bisnis kelompok tertentu, sekaligus menjamin kepuasan kebutuhan dasar manusia.

Paus Fransiskus, mencatat  Paus Yohanes Paulus II  bersikeras bahwa bila mengabaikan aspek ini akan menyebabkan  sebuah penyembahan berhala dari pasar. 

Paus Fransiskus juga menunjuk perlunya kejujuran, karena selalu ada bahaya korupsi. “Korupsi berbahaya karena merupakan penghancuran struktur sosial dengan kedok penegakan hukum. Ini adalah hukum rimba menyamar sebagai rasionalitas sosial jelas. Ini adalah penipuan dan eksploitasi yang paling lemah atau kurang informasi,” kata dia.

Korupsi tidak terbatas pada ranah politik, kata dia, tetapi juga menyebar di banyak bisnis, dalam komunikasi dan organisasi sosial. (catholicnewsagency.com)

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home