Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 15:46 WIB | Minggu, 12 Oktober 2014

Payung Teduh: Semangat Bulan Bahasa Jangan Hanya Saat Oktober

“Melalui bahasa, kita bisa membuat bangsa Indonesia ini kuat. “
Para personel Payung Teduh (dari kiri) Ivan, Comy, Cito, Is saat ditemui satuharapan.com pada Minggu (12/10) dini hari seusai menjadi pengisi acara di City Point, Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan. (Foto: Francisca Christy Rosana)

TANGERANG, SATUHARAPAN.COM – Kebahasaan dan kesusastraan Indonesia secara rutin diperingati setiap Oktober oleh pusat bahasa, instansi yang relevan dengan pembinaan dan pengembangan bahasa, serta lembaga pendidikan yang memiliki jurusan bahasa Indonesia bersamaan dengan bulan lahirnya Sumpah Pemuda.

Menanggapi peringatan bulan bahasa ini, Mohammad Istiqamah Djamad, vokalis grup musik indie Payung Teduh mengimbau kepada masyarakat agar semangat bulan bahasa tak hanya muncul di bulan Oktober saja.  

“Semangat bulan bahasa jangan hanya ada di bulan Oktober saja,” kata musisi yang akrab disapa Is tersebut saat ditemui satuharapan.com pada Minggu (12/10) dini hari seusai menjadi pengisi acara di  City Point, Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan.

Bahasa sebagai Identitas

Is memandang bahasa Indonesia adalah sebuah identitas. Sebagai identitas, menurutnya masyarakat harus menanamkan kecintaannya terhadap bahasa Indonesia ini.

“Apabila masyarakat lupa akan bahasanya, itu sama artinya dengan kita lupa diri sendiri,” ujar Is.

Selain itu, Is juga memberi sebuah gambaran bahwa melalui  bahasa ini, bangsa Indonesia dapat mempertahankan eksistensinya di mata global. Untuk itu, menurutnya bahasa sebagai identitas harus terus dipertahankan.

“Gimana kita bisa dikenal orang, gimana kita bisa dikenal diri kita sendiri, gimana kita bisa membuat orang mengenali diri kita kalau kita tidak punya identitas itu,” Is menambahkan.

Sementara itu, menanggapi fenomena perkembangan bahasa yang terjadi dewasa ini, Is mengatakan melalui media sosial orang akan mulai belajar menulis dan mencari bentuk bahasa yang paling tepat.

“Banyak baca dan gali bahasa Indonesia karena karena kita punya cara berbahasa dan cara berkomunikasi yang santun, sarat akan keindahan, dan kita pasti sadar bahasa adalah satu cara yang membuat bangsa kita kembali menjadi bangsa yang kuat,” kata Is.

Lirik Puitis Berbahasa Indonesia

Di tengah menjamurnya lirik-lirik lagu bertema cinta dari berbagai bahasa yang diusung musisi-musisi lokal, Payung Teduh masih tetap konsisten mempertahankan lirik-lirik lagu berbahasa Indonesia dengan permainan diksi yang melambangkan makna cinta secara implisit. Lirik-lirik lagu Payung Teduh ini memang sarat akan nilai-nilai kesusastraan.

Is bahwa Payung Teduh yang selama ini mengusung lirik yang sarat akan nilai-nilai sastra selalu membiarkan proses pembuatan karya tersebut terjadi secara natural, tidak ada perenungan atau kontemplasi khusus.

Sebagai ahli kata dalam pembuatan lagu-lagu karya grup musiknya, Is mengatakan bahwa inspirasi datang dari segala sisi.

“Inspirasi datang dari semua orang yang ditemui, dari alam, dari kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Sementaran itu sebagai wujud kecintaanya terhadap bahasa Indonesia, ia dan kelompoknya belum berpikir untuk membuat lagu dengan lirik bahasa asing. Walaupun bahasa asing, seperti bahasa Inggris menurutnya adalah bahasa yang indah, tetapi tetap bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling jujur.

Hal ini juga ia nilai sebagai upaya untuk menguatkan bahasa sebagai identitas yang dimiliki bangsa.

“Melalui bahasa, kita bisa membuat bangsa Indonesia ini kuat. Kita jangan sampai hanyut oleh era global, tetapi kita tetap bisa mengikuti globalisasi ini dengan menguatkan identitas kita. Anak muda secara khusus harus sadar akan bahasa sebagai identitas bangsa,” ucapnya.

Teater

Teater sebagai produk kesusastraan Indonesia menurut Is juga menjadi salah satu hal yang sebaiknya dikembangkan oleh masyarakat secara luas. Walaupun baginya teater tidak akan pernah mati karena punya ruang idealisme sendiri untuk bergerak, tetapi terkadang keberadaannya masih terhambat oleh kurangnya minat khalayak umum.  Akibatnya, teater hanya berkembang di lingkup yang lebih sempit, seperti di komunitas-komunitas, di sekolah-sekolah, dan sebagainya.

“Kita butuh banyak ruang pertunjukan, banyak event pertunjukan untuk teater, dan lain sebagainya,” ujar Is.

Lahir dari kelompok teater di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, nuansa musik Payung Teduh yang memang dipengaruhi oleh unsur dan karakter teatrikal yang kuat ini diakui Is sebagai produk kebudayaan Indonesia yang harus dijunjungnya.  

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home