Loading...
RELIGI
Penulis: Martahan Lumban Gaol 06:31 WIB | Kamis, 24 Desember 2015

PBNU Ucapkan Selamat Hari Natal dan Selamat Rayakan Maulid

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj saat menyampaikan pidato catatan akhir tahun 2015 yang menyoroti tentang berbagai permasalahan salah satunya intoleransi yang masih terjadi di Indonesia. (Foto: Dok. satuharapan.com/Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj, mengucapkan selamat kepada umat Muslim dan Kristiani yang akan merayakan hari besar keagamaannya di penghujung tahun 2015, Maulid Nabi Muhammad SAW dan Natal.

"Ada dua peristiwa besar yang harus kita syukuri, yaitu Maulid Nabi Muhammad SAW dan perayaan Hari Natal 2015 yang jatuh pada 24 dan 25 Desember 2015. Untuk itu, selamat merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW 1437 H dan selamat Hari Natal 2015," kata Said di Kantor PBNU, Jakarta, hari Rabu (23/12).

Menurut dia, dua perayaan hari besar keagamaan itu merupakan momentum untuk meningkatkan rasa kerukunan dan toleransi antarumat beragama di Indonesia. Said berharap, dengan perayaan hari besar keagamaan yang berdekatan itu, hubungan kehidupan umat Islam dan Kristen dapat lebih terjaga.

“Seperti di Mesir dan Yordania. Paus Ortodoks di negara asal Sungai Nil itu kerap hadir dalam perayaan hari besar umat Islam, sedangkan di Jordania, jika pas puasa lonceng gereja suka bunyi semua pukul 18.00 untuk memberitahukan jika itu saatnya berbuka puasa," kata Said mengambil contoh tingginya rasa toleransi antarumat beragama yang dibangun di negara lain.

Bersatu Hadapi Tantangan Toleransi

Lebih lanjtu, Said meminta bangsa Indonesia bersatu menghadapi tantangan toleransi beragama. Tidak peduli dari suku, partai politik, dan aliran apapun, menurut dia, bangsa Indonesia harus bersatu memasuki era globalisasi.

"Bangsa Indonesia, apa pun agamanya, apa pun sukunya, apa pun partai politiknya, apa pun alirannya harus bersatu memasuki era globalisasi ini," katanya.

Said menjelaskan, terdapat tiga hajat hidup utama yang semestinya dijamin oleh negara, yakni nyawa, harta, dan martabat.

Keamanan, kata Said, merupakan hal yang wajib dirasakan oleh rakyat. Dalam pidato bertajuk "Anak Ayam tak Boleh Kehilangan Induknya", Said meminta instrumen negara memberikan rasa aman dari segala ancaman dan teror yang justru kian merebak.

"Terorisme hari ini bisa terjadi kapan, di mana, oleh, dan kepada siapa saja," ujarnya.

Menurut Said, negara memiliki pekerjaan rumah besar untuk lebih intens dalam melakukan deradikalisasi dan upaya peredaman teror lainnya. "Tanpa usaha itu, berarti negara sudah tidak hadir di kehidupan rakyatnya," ujar Said.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home