Loading...
EKONOMI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 07:26 WIB | Jumat, 10 Juli 2015

Pedagang Pasar Induk Kramat Jati Curhat ke Mendag

Menteri Perdagangan Rachmat Gobel sedang mengunjungi Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur hari Jumat (10/7). (Foto: Diah A.R)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sahur di bulan Ramadan kali ini terlihat sedikit berbeda di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur. Pasalnya, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel datang dan mengajak para pedagang untuk makan sahur bersama dan berdialog.

Adalah Anas Sarnil, pedagang bawang putih yang sudah berdagang sejak tahun 1981 di Pasar Induk Kramat Jati. Di hadapan Rachmat, pria ini mengeluhkan persoalan rantai pasokan (supply chain) yang terlalu panjang sehingga menyulitkan para pedagang dan ini juga alasan mengapa harga bawang cenderung naik.

“Pernah tahun 2013 bawang putih satu kilo mencapai Rp 70.000, di Tiongkok saja satu kilo tidak sampai Rp 10.000. Kenapa bisa mahal? Karena ada aturan pemerintah yang memperpanjang rantai (pasokan)jadi mahal. Panen kita 10 persen, sisanya 90 persen impor dari Tiongkok. Makanya Pak Menteri tolong benerin jalur distribusinya. Kalau (pasokan) telat datang harga naik,” kata Anas di Pasar Induk Kramat Jati Jalan Raya Bogor Kampung Tengah Jakarta Timur, Jumat (10/7).

Dia juga mengeluhkan pasokan bawang putih yang masih kurang. Inilah, kata dia, yang membuat pemerintah masih bergantung kepada impor bawang putih. Dia mengungkapkan, jika pasokannya kurang, maka harga otomatis akan naik.

Selain persoalan rantai pasokan, Anas juga mengeluhkan bongkar muat bawang putih dilakukan di Surabaya. Menurutnya, ini sangat jauh dari Jakarta dan membuat rantai distribusi makin panjang. Biaya lain seperti ongkos kirim juga dirasa makin berat dan membebani karena saat ini subsidi BBM telah dihapus.

“Jadi kami minta supaya bongkar muat ada di Jakarta lagi. Saya minta tolong Pak Menteri perbaiki,” kata dia.

Menanggapi keluhan Anas, Gobel mengakui terkait impor khususnya bawang putih memang sulit dikendalikan dan belum bisa sepenuhnya lepas karena memang Indonesia masih butuh untuk pasokan dan kestabilan harga.

“Saya nggak mau bahas soal harga dulu. Kalau tiap hari ngomong kerja capek. Nanti akan saya atur, ini impor (bawang putih) jadi susah memang,” kata Rachmat.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home