Loading...
RELIGI
Penulis: Bayu Probo 12:06 WIB | Jumat, 12 Desember 2014

Pelajar Dibunuh, Gereja Tolak Jokowi Natalan di Papua

Ilustrasi. (Foto: Antara)

JAYAPURA, SATUHARAPAN.COM – Tiga Sinode Gereja di Papua menyerukan agar Jokowi membatalkan niatnya untuk menghadiri Natal di Papua. Selain karena pemborosan juga karena rakyat Papua tengah berduka akibat kematian lima pelajar akibat tembakan.

Ketua Sinode Gereja Kemah Injil (Kingmi) Papua, Pdt. Dr. Benny Giay, Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua (PGBP), Pdt. Socratez Sofyan Yoman, dan pendeta senior di lingkungan Gereja Kristen Injili (GKI) Papua, Pdt. Selvi Titihalawa, memberi keterangan pers di P3W, Padang Bulan, Jayapura, Papua, Kamis (11/12).

 Menurut Giay, pemimpin gereja di Papua dengan tegas menolak kedatangan Presiden Jokowi yang akan merayakan natal di tengah duka dan penderitaan rakyat Papua, secara khusus warga Paniai, dengan menghabiskan dana puluhan miliar.

“Rakyat Papua sedang berduka karena pembantaian di Paniai, sedangkan Jokowi ingin merayakan Natal di Jayapura dengan habiskan dana puluhan miliar, damai apa yang Jokowi mau bawa, kami dengan tegas menolak kedatangan Jokowi di Papua,” kata Giay.

 Giay mengatakan, saat Jokowi akan datang ke Papua, penculikan, pembunuhan dan pembantaian orang asli Papua masih terus terjadi, karena itu tidak ada artinya Presiden Indonesia merayakan natal di tanah Papua.

Jokowi sama saja dengan presiden-presiden terdahulu, datang satu hari natal, tapi kekerasan jalan terus, yang kami minta Jokowi buat kebijakan yang benar-benar menyentuh hati orang Papua,” kata Giay.

Ditambahkan oleh Pdt. Titihalawa, alasan gereja menolak kedatangan Presiden Jokowi karena Negara belum mengambil tindakan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan aparat keamanan yang melakukan pembantaian terhadap enam warga sipil di Paniai.

“Semula kami tidak menolak kedatangan Presiden Jokowi, dan kami yakin dia akan melakukan banyak hal untuk Papua, tapi melihat situasi Paniai yang mencekam karena enam warga sipil dibantai, kami kira Jokowi tidak perlu datang merayakan natal di Papua,” ia menegaskan.

 Menurut Pdt. Titihalawa, Presiden-presiden sebelumnya jika ada kejadian luar biasa, terutama penembakan terhadap warga sipil selalu memberikan pernyataan, tetapi saat ini sama sekali tidak ada pernyataan dari Presiden Jokowi.

“Kami lihat sama sekali tidak ada pernyataan dari Presiden Jokowi, malahan beberapa pejabat aparat keamanan di tingkat Pusat menuduh OPM sebagai pelaku penembakan, ini tidak masuk akal, maka kami tolak kedatangan Presiden Jokowi,” kata Titihalawa.

Sementara itu, Pdt. Socratez Sofyan Yoman menambahkan, menciptakan konflik di tanah Papua, termasuk peristiwa pembantaian di Paniai adalah strategi aparat keamanan untuk menciptakan konflik menjelang kedatangan Jokowi.

 “Ini biasa, kalau ada pejabat Negara mau datang, harus ada konflik, agar aparat keamanan ditambah, kemudian dana keamanan bisa mengalir ke aparat keamanan, kami menyesalkan pendekatan keamanan yang terus digunakan pemerintah,” tegas Yoman.

 Menurut Yoman, sebaiknya Jokowi tak ke Papua untuk menghadiri perayaan natal, karena hanya buang-buang waktu dan tenaga, terutama tidak melihat situasi rakyat Papua yang marah dan berduka melihat peristiwa pembantaian di Paniai.

“Kami minta Presiden Jokowi untuk bertanggung jawab atas peristiwa pembantaian di Paniai, dengan cara membentuk tim investigasi yang independen yang melibatkan lembaga HAM Nasional, dan internasional, guna menyelidiki kebrutalan aparat TNI/Polri di Paniai.”

 “Kami juga mendukung pernyataan Gubernur Papua beberapa waktu belakangan ini yang terus mendesak Jakarta untuk mengeluarkan kebijakan yang adil, termasuk hentikan transmigrasi, pemekaran provinsi, dan Kabupaten baru,” tegas Yoman.

 Lanjut Yoman, peristiwa di Paniai jelas-jelas dilakukan oleh aparat Negara, karena itu diharapkan tidak terus menuduh Organisasi Papua Merdeka (OPM) tanpa bukti yang jelas.

“Selama ini OPM berjuang untuk Papua Merdeka, bukan berjuang untuk membunuh warga sipil, saya kira Negara harus bertanggung jawab, dan merupakan pembohongan publik kalau ada OPM yang membunuh enam warga sipil,” kata Yoman.

Lima Pelajar Dibantai

Sedikitnya lima warga sipil tewas dalam peristiwa penembakan yang terjadi di Papua, Senin. Kelimanya masih berstatus pelajar SMA.

Hingga Selasa pagi, kelima jenazah masih dibaringkan berjajar di lapangan terbuka sepak bola ‘Karel Gobay’ di pusat kota Enarotali.

Keluarga korban bersama masyarakat mengadakan upacara duka bersama. Di sana, warga telah memasang tenda di lapangan.

Informasi yang berhasil dihimpun, lima korban tewas itu adalah pelajar SMA Negeri 1 Paniai Timur. Salah satu pelajar yang tewas tertembak, Simon Degei, masih berusia 18 tahun. Ia sekolah di SMA Negeri 1 Paniai Timur dan saat ini berada di Kelas III.

Korban lainnya, Otianus Gobai (18) merupakan siswa kelas III SMA Negeri 1 Paniai Timur. Dia bahkan masih mengenakan baju sekolah.

Kemudian, Alfius Youw berusia (17) siswa kelas III SMA Negeri 1 Paniai Timur. Kemudian Yulian Yeimo (17), yang masih di kelas I SMA Negeri 1 Paniai Timur. Lalu Abia Gobay berumur 17 tahun. Ia juga siswa SMA Negeri 1 Paniai Timur kelas III.

Abia ditemukan tewas ditembak di Kampung Kogekotu, sebelah lapangan terbang, sekitar 400 meter dari Kantor Polsek Enarotali. Mayat Abia Gobay telah dibawa pergi ke rumah oleh keluarga.

Kelima korban diduga ditembak aparat keamanan dari TNI dan Polri, setelah terjadi keributan pada Minggu malam.

Keributan terjadi bermula dari teguran warga di pondok Natal Bukit Merah kepada seseorang yang belum dikenal saat berkendara tanpa lampu. Tidak diterima ditegur, pengendara turun sehingga terjadilah perkelahian dan terdengar tiga kali suara tembakan.

Peristiwa itu berlanjut Senin (8/12) dini hari waktu setempat dengan pembakaran kantor KPUD Paniai, tetapi pelakunya belum diketahui.

Pagi hari di Distrik Madi Gunung Merah, masyarakat memblokade jalan raya dan anggota Polsek setempat pun melakukan negosiasi untuk membuka blokade tersebut. Namun, yang terjadi saat negosiasi adalah suara rentetan tembakan.

Setelah itu, sekitar 400 orang menyerbu Koramil setempat. Tak sampai setengah jam. mereka juga menyerbu Polsek Paniai Timur. Anggota Polsek dan Koramil bertahan di markas masing-masing dan warga melempari mereka dengan batu. Akibatnya, kantor dan kendaraan dinas mengalami kerusakan. (suarapapua.com/porosberita.com)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home