Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 11:23 WIB | Sabtu, 05 April 2014

Pemilu 2014 Harus Berjalan Jujur dan Adil

Azyumardi Azra dan Mochtar Pabottingi saat menjadi pembicara dalam talk show "Intoleransi dalam Kehidupan Politik, Sebuah Realitas di Indonesia", di Gedung Sinar Kasih, pada Kamis (3/4). (Foto: Elvis Sendouw)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Praktik kecurangan dalam pemilihan umum menjadi suatu hal yang diwaspadai oleh partai politik peserta Pemilu 2014 dan beberapa elemen masyarakat. Demi mencegah hal itu terjadi, beberapa partai politik dan kelompok masyarakat membentuk “pertahanan” kuat, agar Pemilu 2014 dapat berjalan dengan jujur dan adil.

Contohnya, Partai Nasdem, demi mencegah terjadinya kecurangan di daerah Tanjungpinang, Riau, mereka mengadakan pelatihan bagi 385 saksinya, pada Minggu (30/3). Dari sisi organisasi kelompok masyarakat, telah muncul kelompok pencegah kecurangan pelaksanaan Pemilu 2014, mereka menyebut dirinya Barisan Keamanan Aspirasi Rakyat (BAKAR) Kecurangan Pemilu 2014, dideklarasikan pada (2/4).

Menurut mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra, lembaga-lembaga yang bertugas mengontrol serta mengawasi jalannya pemilihan umum  harus dapat menghimpun fakta dan bukti-bukti pada pelanggaran yang terjadi. Selanjutnya, pelanggaran-pelanggaran tersebut harus mendapat tindakan tegas, agar dalam menyambut pemilihan umum presiden, pelanggaran serupa tidak kembali terulang.

“Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan pemantau independen lainnya harus mengumpulkan data kecurangan, agar kecurangan tersebut tidak hanya diselesaikan secara adat, tapi harus selesai secara hukum dan politik. Jika tidak akan hal ini akan berdampak dan menimbulkan kekacauan jelang pemilihan presiden nanti,” tutur Azyumardi.

Hal senada diungkapkan oleh peneliti bidang politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Mochtar Pabottingi, ia mengungkapakan bila KPU dan Bawaslu tidak bersikap ekspilisit, maka kecurangan ini akan kembali terulang. Namun, untuk kecurangan mencolok seperti black campaign, dapat menjadi “bumerang” dan membahayakan pelakunya.

“Bila KPU dan Bawaslu tidak tegas, kecurangan akan ada dan kembali diulangi. Tapi, kecurangan bersifat keterlaluan akan menjadi suatu hal yang kontraproduktif dan memukul balik partai serta para calon presiden ataupun calon anggota legislatif bersangkutan,” kata Mochtar.

Golput Pileg Meningkat

Mochtar memprediksi Pemilihan Umum Legislatif 2014, 9 April mendatang, akan melahirkan angka golongan putih (golput) tinggi, bahkan jumlahnya akan meningkat dibandingkan Pemilu 2009. Menurutnya, hal ini merupakan dampak tidak terkenalnya sosok-sosok yang maju dan menawarkan diri sebagai wakil rakyat di setiap daerah pemilihan.

“Golput akan bertambah pada pemilu legislatif, karena masyarakat tidak mengetahui siapa sosok yang tercantum dalam surat suara mereka. Kecuali bagi dapil yang memiliki caleg tulus, rekam jejak baik, dan aktif turun ke masyarakat, jumlah golput akan minim di dapil tersebut,” ucap Mochtar.

Namun, angka golput tinggi tersebut tidak akan tergambarkan pada pemilihan umum presiden. Menurut Mochtar, pada pemilihan umum presiden nanti euforia masyarakat akan meningkat pesat dibanding pemilihan umum legislatif, keapatisan masyarakat akan turun drastis.

“Perbandingan terbalik akan terjadi pada pemilihan umum presiden, di sana masyarakat berbondong-bondong memberikan hak suaranya, antusias masyarakat akan tinggi nanti,” Mochtar menambahkan.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home