Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Kartika Virgianti 07:31 WIB | Kamis, 09 Januari 2014

Pengamat Transportasi: Sosialisasi Penutupan Terminal Lebak Bulus Kurang

Terminal Lebak Bulus, Selasa (7/1), tampak normal setelah keputusan ditundanya penutupan dan relokasi untuk operasi bus AKAP. (Foto: Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pengamat Transportasi Perkotaan, Azas Tigor Nainggolan menilai Dinas Perhubungan DKI Jakarta kurang dalam melakukan sosialisasi sebelum penutupan Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan, terkait dengan pembangunan depo MRT (mass rapid transit). Selain itu Dishub dan PT MRT dianggap tidak bisa memberikan solusi secara profesional dalam hal terminal pengganti.

Sebelumnya, terminal ini ditutup untuk operasi bus AKAP (antar kota antar provinsi). Akan tetapi penutupan terminal Lebak Bulus ditunda karena Gubernur menilai Dishub kurang dalam hal sosialisasi kepada pihak yang berkepentingan di terminal. 

Sampai hari ini pun saya melihat belum ada langkah-langkah dari Dishub untuk mengencangkan sosialisasi dan melakukan pendekatan atau dialog pasca pernyataan Gubernur, kata Tigor ini ketika dihubungi melalui telepon, Rabu (8/1).

Persoalannya menurut Tigor, birokrasi di Jakarta jika berkaitan dengan hal sosialisasi itu sama dengan hanya memberikan informasi. Tigor sudah mengingatkan agar Dishub berdialog menggunakan pendekatan-pendekatan yang baik agar ada solusi.

"Apalagi kata Kadishub, bus AKAP akan dipindahkan ke tiga terminal, menurut saya tidak benar itu," ujar Tigor menambahkan. Tigor juga menilai PT MRT ini tidak profesional dalam bekerja.

Dia pernah mengusulkan jika terminal itu harus ditutup demi kepentingan kelancaran pembangunan MRT, perlu dibangun alternatifnya terlebih dahulu.  Saya mendukung upaya Gubernur supaya Dishub dan PT MRT melakukan pendekatan yang tepat, jangan dipaksakan terus, tegasnya.

Terminal Alternatif Tidak Perlu Besar

Dishub, sebagaimana diungkapkan Tigor, sebelumnya mengatakan tidak bisa membangun terminal alternatif di Jakarta Selatan karena tidak adanya lahan. Akan tetapi menurut Tigor, lahan 500 meter itu cukup untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, bahkan untuk loket-loket penjualan tiket.

"Karena kacamatanya Dishub itu terminal harus besar. Di luar negeri itu, terminal hanya terminal transit, tidak lebih dari satu hektar, contohnya seperti di Tokyo. Kalau cuma terminal transit hanya perlu 500 meter, lahan sebesar itu ada di sekitar Lebak Bulus."

"Alternatifnya jangan berpikir AKAP tinggal dipindahkan ke tiga terminal, coba dibangun alternatif tempat di sekitar Lebak Bulus, dibuatkan terminal transit pengganti. Nanti di situ bus AKAP sifatnya hanya transit menaikkan dan menurunkan penumpang," usul Tigor.

Di situ juga disediakan loket-loket dan petugas lapangan yang dulu ada di dalam Terminal Lebak Bulus, dipindahkan ke situ. Jadi bus AKAP itu dari trayek manapun diarahkan ke sana, karena penumpang memang banyak di sana." tambahnya.

Tigor berharap Dishub dan PT MRT mau membuat alternatif seperti ini, agar masyarakat tetap bisa mendapatkan jasa transportasi, serta pelayanan yang selama ini sudah terbangun tetap terjaga.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home