Pengentasan Stunting Terapkan Sila-sila Pancasila
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Sosial RI Tri Rismaharini menyampaikan bahwa pengetasan stunting merupakan wujud nyata dari penerapan nilai baik sila-sila Pancasila dalam kehidupan masyarakat.
“Saya menerjemahkan Pancasila di setiap langkah yang kita lakukan. Jadi gotong royong yang saya pegang membuktikan bahwa gotong royong bisa menghemat anggaran yang luar biasa besar,” kata Risma dalam Kick Off Meeting yang diikuti di Jakarta, Kamis (16/2).
Risma menuturkan bahwa meski permasalahan stunting banyak terjadi akibat kekurangan gizi kronis pada anak, namun aspek sosial dalam keluarga pun juga rentan menjadi salah satu faktor yang menimbulkan risiko stunting.
Dalam mempercepat penurunan stunting ataupun masalah sosial, Kementerian Sosial menggunakan pendekatan gotong royong. Beberapa contoh yang ia sebutkan yaitu ketik terjadi bencana di Majene, Sulawesi Barat, terdapat sebuah sekolah di tengah kebun kelapa sawit yang rubuh.
Sekolah yang rubuh itu kemudian diberikan bantuan berupa tenda sebagai ganti tempat siswa untuk belajar, namun kembali rusak sehingga perlu diganti. Kemensos dalam hal ini memprediksi jika anggaran bisa mencapai Rp1 miliar 200 juta, namun dengan gotong royong anggaran jauh lebih rendah, hanya Rp500 juta saja untuk membangun kembali tenda darurat itu.
Gotong royong, kata Risma, juga pihaknya terapkan saat membangun rumah layak huni di Kampung Erosaman, Distrik Derkoumur, Kabupaten Asmat, Papua agar anak tidak terkena infeksi berulang. Hal lain yang Kemensos lakukan adalah menyediakan internet bagi anak untuk belajar dan meningkatkan pengetahuan kesehatannya guna mencegah stunting.
“Sekarang dia bisa belajar di internet. Para guru juga saya fasilitasi kapal fiber, jadi dia bisa datang seminggu dua kali (untuk mengajar) di tempat ini,” ujar dia.
Kapal itu dibuat oleh mereka sendiri untuk digunakan sebagai transportasi antara Kota Agats ke tempat mereka masing-masing. Kemudian saat sosialisasi di Papua pun, Risma mengaku terkejut jika protein hewani bisa juga didapatkan dari laron.
Meranjak ke Suku Anak Dalam di Jambi, Kemensos mengamalkan nilai-nilai Pancasila lewat sosialisasi pentingnya mandi pada warga agar terhindar dari bakteri dan virus. Selain itu, Kemensos juga menggelar aktivitas belajar-mengajar di community center.
“Dulunya rambut dan kuku anak-anak ini panjang, kita ajak dia mandi. Potong kukunya untuk dia bersekolah,” katanya.
Hal lain yang sudah dijalankan dengan harapan mempunyai panganan yang dikelola sendiri, warga sudah mendapat tanah seluar satu hektare tanah, yang digunakan untuk bercocok tanam. Sehingga warga tak perlu lagi berpindah-pindah seperti sebelumnya.
“Itu adalah bagian kami menerjemahkan Pancasila dalam tindakan kami, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujarnya.
BI Klarifikasi Uang Rp10.000 Emisi 2005 Masih Berlaku untuk ...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bank Indonesia (BI) mengatakan, uang pecahan Rp10 ribu tahun emisi 2005 m...