Pengujian Zika Terlalu Mahal untuk Indonesia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - “Indonesia, tidak mampu untuk benar-benar menguji kemungkinan penyebaran wabah zika, “ kata dr. H. Muhamad Subuh MPPM Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dr. H. Mohamad Subuh, MPPM, seperti dikutip dari abc.net.au.
Walaupun Organisasi Kesehatan Dunia, telah memasukan Indonesia dalam daftar negara-negara di Asia, yang kemungkinan memiliki penularan endemik, wabah zika, namun pemerintah yang berpenduduk lebih dari 250 juta orang belum melaporkan setiap timbulnya kasus penularan baru.
"Pada saat ini, kami tidak bisa menguji setiap orang yang dicurigai terinfeksi virus zika karena terlalu mahal," kata Muhamad Subuh.
"Ada prioritas lain seperti virus demam berdarah, yang lebih berbahaya, dan kita harus mengalokasikan sumber daya untuk itu.”
Seperti banyak negara tetangga di Asia, Indonesia telah mencatat ribuan orang terinfeksi virus demam berdarah setiap tahun.
Indonesia sebagai negara yang memiliki kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, bahkan Bank Dunia memperkirakan pemerintah telah menghabiskan 5,7 persen dari produk domestik bruto untuk kesehatan masyarakat. Namun alokasi anggaran kesehatan hanya sebesar USD 99 (Rp1,3 juta) per orang per tahun, sedangkan Malaysia yang merupakan negara yang memiliki kekuatan ekonomi ketiga setelah Indonesia, lebih tinggi dalam mengalokasikan anggaran kesehatan untuk masyarakat yakni USD 606 (Rp 7,9 juta ).
Subuh mengatakan, Kementerian kesehatan tetap aktif memantau zika, namun para ahli mengatakan, pemerintah akan mengupayakan untuk mengidentifikasi pasien, beberapa rumah sakit menawarkan tes zika, namun mereka harus membayar lebih dari USD 198 (Rp 2,6 juta). Hal ini sangat memberatkan karena biayanya tidak terjangkau.
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Penasihat Senior Presiden Korsel Mengundurkan Diri Masal
SEOUL, SATUHARAPAN.COM - Para penasihat senior Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, termasuk kepala...