Loading...
RELIGI
Penulis: Endang Saputra 23:59 WIB | Rabu, 17 Februari 2016

Penyesatan Syiah Terjadi karena Informasi Kurang Tepat

Pemimpin Redaksi Jurnal Maarif Ahmad Imam Mujadid Rais (kedua dari kiri) di Aula KH. Ahmad Dahlan PP Muhammadiyah, Menteng Jakarta Pusat, hari Rabu (17/2) malam dalam diskusi Syiah, Geopolitik, dan Sektarianisme. (Foto: Endang Saputra)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pemimpin Redaksi Jurnal Maarif, Ahmad Imam Mujadid Rais mengatakan bahwa penyesatan pada umat Islam Syiah di Indonesia disebabkan karena kurangnya informasi tentang Syiah yang sebenarnya dan banyaknya informasi yang tidak tepat.

"Banyak informasi yang tidak tepat dan merujuk dari sumber yang tidak autentik," kata Ahmad di Aula KH. Ahmad Dahlan PP Muhammadiyah, Menteng Jakarta Pusat, Rabu (17/2) malam.

Ahmad menilai penyesatan itu juga diperburuk dengan kondisi peperangan di Timur Tengah sekarang ini dan kehadiran sosial media yang memperkeruh untuk proses penyaringan informasi.

“Media sosial memperkeruh untuk penyiaran informasinya,” kata dia,

Oleh sebab itu, kata Ahmad, Maarif Institute sebagai lembaga pembaruan pemikiran dan advokasi untuk mewujudkan praksis Islam sehingga menjadi berkeadilan sosial dan kemanusiaan, mengelar diskusi publik tentang Syiah sekaligus peluncuran jurnal Maarif vol 10 Nomor 2 Desember 2015. Diskusi kali ini mengambil tema Syiah, Geopolitik, dan Sektarianisme.

"Kehadiran jurnal ini berupaya memberikan informasi tentang Islam Syiah yang berimbang, bersumber dari berbagai penulisan dengan beragam latar belakang," kata Direktur Riset Maarif Institute ini.

Sementara itu, pengamat hubungan internasional Universitas Padjajaran, Hikmawan Saefullah yang hadir dalam diskusi tersebut mengatakan bahwa tensi yang meningkat antara Sunni dan Syiah di Indonesia tidak terlepas dari adanya kampanye ancaman Syiah (The Shiah Threat).

"Ini merupakan strategi kontra revolusi monarki negara-negara Teluk untuk mengamankan kekuasaannya dan dapat dikatakan tidak ada hubungan sama sekali dengan isu agama. Apa yang terjadi di Indonesia adalah dampak dari persaingan tersebut. Sehingga konflik internal Muslim- Sunni dan Syiah-justru akan merugikan Islam," kata dia.

Sedangkan Dicky Sofjan narasumber dari International Consortium For Religious Studie (ICRS) UGM menambahkan, Syiah sudah hadir di Nusantara sejak ratusan tahun. Budaya dan ritual Syiah telah menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan beragama umat Islam di Indonesia.

"Oleh karena itu, bekal historis ini seharusnya menjadi pengingat bagi kelompok-kelompok intoleran bahwa Syiah telah lama hadir dan menjadi bagian dari ke-Indonesia kita, bekal (sejarah) ini menjadi pegangan untuk tetap hidup toleran dan harmonis," kata dia.

Dalam diskusi ini turut hadir sebagai narasumber Prof Dr. Yunahar Ilyah Ketua PP Muhamadiyah dan Dr Umar Shahab Ketua Dewan Syuro Abi.

 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home