Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 18:18 WIB | Senin, 18 Mei 2015

Pertamina Coba Kembangkan Tanaman Algae sebagai EBT

Vice Presiden Research and Development Direktorat Pengolahan PT Pertamina (Persero), Eko Wahyu Laksono pada Talkshow Inovasi Produk Sebagai Wujud Pemahaman Pertamnina Terhadap Tuntutan Konsumen , Lingkungan Dan Regulasi, yang berlangsung di Gedung Mezzanine, PT. Pertamina (Persero) Tbk, Jakarta Pusat, Senin (18/5). (Foto: Prasasta Widiadi).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Indonesia semakin memasuki fase krisis energi dan bahan bakar, oleh karena itu PT Pertamina (Persero) Tbk beralih ke tumbuhan lumut (algae) sebagai salah satu alternatif upaya mengatasi krisis bahan bakar di sektor Energi Baru dan Terbarukan (EBT), terutama dari fosil yang cadangannya hari ke hari semakin habis.  

“Banyak yang tidak menyadari di Indonesia saat ini bahwa lumut (algae) yang ada di pinggir sawah danau dan pinggir pantai bisa sebagai bahan bakar,  algae tidak bersaing dengan palm oil (kelapa sawit),  sehingga potensi untuk menjadi bahan bakar mnejadi sangat menjanjikan sekali dan makanan algae sangat mudah karena berdasar fotoosintesa biasa, dan menyerap CO2,” kata Vice Presiden Research and Development Direktorat Pengolahan PT Pertamina (Persero), Eko Wahyu Laksono pada Talkshow Inovasi  Produk Sebagai Wujud Pemahaman Pertamnina Terhadap Tuntutan Konsumen , Lingkungan Dan Regulasi, yang berlangsung di Gedung Mezzanine, PT. Pertamina (Persero) Tbk, Jakarta Pusat, Senin (18/5).

Eko menjelaskan, Indonesia memiliki potensi lumut yang akan dijadikan BBN sangat besar. Dari lahan kering 15 juta hektar (ha), dikalikan potensi algae 3.800 sampai 4.000 liter per hektar algae maka dapat mencukupi kebutuhan BBM Indonesia 2,5 juta barel per hari.

“Potensi algae nabati di Indonesia  potensi menjadi produsen minyak nabati terbesar dunia," kata dia.

Eko menjelaskan  pengembangan lumut sebagai BBN juga lebih mudah ketimbang minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO). Pasalnya, CPO juga digunakan sebagai bahan makanan.

Eko mengatakan Pertamina siap apabila diharuskan memproduksi dalam jumlah besar, dan dia mengatakan bahwa Pertamina terlebih dulu mengedepankan kualitas daripada pertimbangan harga, karena menurut dia apabila berbicara bahan bakar nabati masih akan dibicarakan dulu dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia.

“Saya masih berkeyakinan dengan EBTKE (Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi) ini berkaitan dengan riset, bangsa ini belum terbiasa dengan riset artinya kalau kunci kalau mau maju harus terbiasa dengan riset, dan kita masih arus lihat biaya produksi yang mahal harus terjawab dengan riset yang mumpuni,” kata dia.

“Dengan adanya bahan bakar dari lumut ini, Indonesia bisa terbebas dari ketergantungan energi dari luar negeri. Dengan lahan kering seluas 15 juta hektare,  jika dikalikan dengan potensi alga 3.800 liter alga maka dapat mencukupi kebutuhan energi Indonesia mencapai 2,5 juta liter per hari,” dia mengakhiri penjelasannya.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home