Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 17:03 WIB | Senin, 27 Januari 2014

Perundingan Damai Suriah Memasuki Isu Politik

Ahmad Al-Jarba Pemimpin Koalisi Oposisi datang di Jenewa beberapa hari lalu untuk perundingan damai yang tengah berlangsung di sana. (Foto: dari ria.ru)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Pembicaraan damai Suriah di Jenewa akan beralih ke masalah politik yang lebih luas yang kemungkinan akan terkait transfer kekuasaan yang telah membuat negeri itu terpecah.

Namun demikian, masalah bantuan kemanusiaan diharapan terus berlanjut dengan konvoi bantuan kemanusiaan yang mencapai kawasan yang terkepung seperti di kota Homs.

Pada pembicaraan hari Minggu, delegasi pemerintah Suriah mengatakan perempuan dan anak-anak dapat meninggalkan kota Homs, meminta adanya daftar  nama orang-orang yang ingin meninggalkan kota itu. Dan beberapa delegasi dari pihak  oposisi menyatakan keberatan atas syarat itu.

"pihak rezim terus bertanya tentang  daftar itu," kata Obeida Nahas dari Dewan Nasional Suriah kepada BBC. "Kami merasa bahwa ini adalah daftar yang akan mereka gunakan untuk menahan orang dan mungkin menyiksa mereka."

Masih Lambat

Secara resmi negosiasi untuk mengatasi  masalah yang berpotensi meledak terkait  transfer kekuasaan di Suriah yang dijadwalkan  pada hari Senin ini. Pembicaraan tersebut masih mungkin terjadi, tetapi ada kemungkinan akan ada tekanan baru terhadap pemerintah Presiden Bashar Al-Assad  untuk mematuhi rencana PBB  mengirim bantuan kemanusiaan ke Homs.

Wakil Menteri Luar Negeri Suriah, Faisal Mekdad, mengatakan bahwa perempuan dan anak-anak bebas untuk meninggalkan kota. Diduga dia  mencegah hal itu dilakukan oleh kelompok bersenjata.

Mediator  dari utusan PBB dan Liga Arab, Lakhdar Brahimi, mengatakan  bahwa oposisi telah sepakat untuk memberikan daftar  tahanan oleh kelompok-kelompok bersenjata. Dia juga  mengatakan  bahwa  konvoi  bantuan kemanusiaan PBB dan Palang Merah bisa menuju  Homs pada hari Senin (27) ini.

Ratusan orang dilaporkan terjebak di bagian kota yang terkepung ini, termasuk beberapa orang yang sakit parah  dan rentan.

Brahimi mengakui pembicaraan itu berjalan perlahan tetapi mengatakan bahwa pada hari Senin dia  berharap kedua belah pihak untuk membuat beberapa pernyataan umum tentang jalan ke depan.

Dia mengatakan itu bahwa terlalu dini untuk menilai prospek kesepakatan yang komprehensif.

Saling Menghormati

Oposisi dan pemerintah secara fundamental memiliki tujuan yang berbeda atas konferensi ini. Delegasi pemerintah mengatakan  bahwa masalah utama pembicaraan adalah menemukan solusi untuk  mengatasi terorisme  yang didukung asing.

Sementara pihak oposisi  bersikeras bahwa rezim haris komit dengan kesepakatan tertulis pada komunike Jenewa I yang menyebutkan  proses transisi. Hal itu mendesak Suriah membentuk otoritas pemerintahan transisi yang "dapat mencakup anggota pemerintah saat ini dan oposisi dan kelompok lain".

Pihak oposisi juga telah meminta pembebasan ribuan tahanan dalam penjara pemerintah.

Brahimi mengatakan bahwa dia berharap pembicaraan pada hari Senin untuk mengikuti format hari Minggu, yaitu dimulai dengan sesi bersama pada pagi hari , kemudian bertemu secara terpisah di sore hari.

Utusan PBB dan Liga Arab itu mengatakan bahwa dia didukung  oleh atmosfer pembicaraan pada hari Minggu yang ditandai dengan "saling  menghormati.” Meskipun tidak ada kata-kata langsung di  antara delegasi, namun kedua belah pihak berbicara satu sama lain melalui mediator.

Konflik di Suriah telah membunuh lebih dari 130.000 jiwa sejak dimulai pada tahun 2011.
Kekerasan itu mengakibatkan  9,5 juta orang meninggalkan rumah mereka,  dan menciptakan krisis kemanusiaan besar  di dalam negeri Suriah dan negara tetangga. (AFP/ bbc.co.uk / un.org)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home