Pesawat Tanpa Awak Bantu Ilmuwan Temukan Koala
QUEENSLAND, SATUHARAPAN.COM - Para ilmuwan, menggunakan teknologi untuk bisa menemukan dan mengetahui jumlah koala di tempat-tempat yang sulit dijangkau.
Hewan-hewan kecil yang terancam punah seringkali sulit ditemukan di habitat alami mereka, dan membuat para ilmuwan sulit memonitor mereka dan mengembangkan rencana konservasi. Tapi teknologi baru bisa membantu mengatasi masalah tersebut. Para ilmuwan Australia telah memasang kamera sinar merah di pesawat tanpa awak, agar mereka bisa menemukan koala yang bersembunyi di pohon-pohon yang tinggi.
Koala menghabiskan sebagian besar hidupnya di pohon eucalyptus, yang daunnya merupakan makanan favorit koala. Karena daun pohon eucalyptus rendah kalori dan gizi, koala tidak terlalu aktif, mereka bisa menghabiskan waktu untuk tidur sampai 20 jam setiap harinya. Karena meringkuk di cabang yang tinggi, koala tidak mudah ditemukan dari bawah pohon, dan mereka punya sedikit predator alami. Ancaman terbesar bagi simbol ikonik Australia ini adalah penebangan kayu.
“Setiap pohon di Australia saat ini, harus dilindungi dan bila tidak, saya jamin koala akan punah," kata Deborah Tabart, Australian Koala Foundation.
Para ilmuwan yang mempelajari koala mengatakan, kunci untuk menyelamatkan koala adalah mengetahui di mana mereka tinggal dan berapa jumlah mereka.
Penggunaan pesawat tanpa awak yang dilengkapi dengan kamera sinar merah, untuk melakukan sensus adalah konsep yang belum pernah dicoba sebelumnya. Teknisi Queensland Institute of Technology, Gavin Broadbent, mengatakan awalnya mereka skeptis.
“Tapi ketika kami melihat foto-foto yang dihasilkan, kami melihat koala terlihat jelas dibandingkan dengan pohon dan lingkungan sekitarnya. Jadi kami pikir, ini bukti bahwa konsep ini bisa berfungsi dengan baik,” katanya.
Foto-foto yang ditangkap oleh komputer jelas menunjukkan posisi hewan tersebut, bahkan dari tempat yang cukup jauh agar tidak mengganggu tidur mereka.
“Kami telah menguji pada jarak 20 meter dan 80 meter. Pada jarak 20 meter kami bisa mendapatkan gambar dengan resolusi yang sangat bagus,” kata Felipe Gonzalez, pemimpin proyek penelitian.
Kamera yang dikendalikan dari jarak jauh bisa berputar, sehingga para ilmuwan bisa memindai pohon dari segala sudut, menemukan koala bahkan di daerah yang penuh pohon yang tidak terlihat oleh para ilmuwan yang ada di daratan.
“Cara ini akan mengurangi tenaga manusia dengan drastis," kata Amber Gillett, seorang dokter hewan yang bekerja di Kebun Binatang Australia. "Wilayah yang tadinya tak terjangkau karena ketebalan pohon, kini bisa dicapai untuk mensurvei koala.”
Para ilmuwan mengatakan, kini jelas bahwa pesawat tanpa awak dengan kamera sinar merah bisa digunakan untuk menemukan dan mungkin menyelamatkan hewan lainnya di alam bebas. (voaindonesia)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Pancasila Jadi Penengah Konflik Intoleransi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Leonard Chrysostomos Epafras ...