Loading...
DUNIA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 10:52 WIB | Senin, 09 Januari 2017

Pidato Perpisahan Michelle Obama: Rangkul Keberagaman

Ibu Negara Amerika Serikat Michelle Obama memberikan sambutan di gelaran School Counselor of the Year 2017 di Gedung Putih, Washington DC, 5 Januari 2017. (Foto: AFP)_

WASHINGTON D.C, SATUHARAPAN.COM – Ibu Negara Amerika Serikat, Michelle Obama nampak berapi-api ketika menyampaikan pesan perpisahannya sebagai Ibu Negara pada hari Kamis (5/1) di Gedung Putih, Washington D.C. Dalam pidatonya, Michelle menyampaikan kepada rakyat Amerika untuk merangkul keberagaman dan menyambut semua kelompok agama. Pesan itu disampaikan dua minggu menjelang hari pelantikan Donald Trump menjadi Presiden AS.

Dia menekankan kepada rakyatnya bahwa AS milik orang-orang dari semua latar belakang dan lapisan masyarakat.

“Keberagaman kita yang berharga ini yang terdiri dari agama, warna kulit dan kepercayaan bukan merupakan ancaman. Keberagaman membuat kita semakin menyadari siapa kita sesungguhnya,” kata dia.

Pernyataan itu mengingatkan pidato kampanye yang gencar dilakukan oleh Hillary Clinton selama Pemilu 2016. Presiden terpilih Donald Trump telah mengusulkan untuk membangun  tembok sepanjang perbatasan Meksiko dan melarang umat Islam memasuki negara adidaya tersebut.

“Jika Anda atau orang tua Anda adalah imigran dan tahu bahwa Anda adalah bagian dari tradisi Amerika yang membanggakan seperti masuknya budaya baru, bakat dan ide-ide dari generasi ke generasi yang telah membuat kita menjadi negara terbesar di bumi ini,” kata dia.

“Jika Anda adalah orang beriman dan tahu bahwa keragaman agama adalah tradisi Amerika yang besar juga. Tidak peduli apakah Anda Muslim, Kristen, Yahudi, Hindu, Sikh, agama ini mengajar anak-anak muda kita tentang keadilan, kasih sayang dan kejujuran.”

Michelle memberikan serangkaian pidato di acara-acara kampanye Clinton tahun lalu dan dengan jelas menyatakan ketidaksetujuannya terhadap Trump karena mempertanyakan kewarganegaraan Presiden Obama dan ketika Trump terlibat skandal melecehkan perempuan.

Meski demikian, menjadi ibu negara AS adalah kehormatan terbesar dalam hidupnya.

“Jadi itulah pesan terakhir saya untuk generasi muda sebagai ibu negara. Sederhana saja. Saya ingin anak-anak muda tahu bahwa mereka berharga dan dihargai di AS,” kata dia sambil menahan air mata. “Jadilah pemimpin yang bisa memberikan teladan dengan harapan, jangan takut. Dan saya akan selalu bersama dengan Anda dan mendukung Anda selama sisa hidup saya.” (Reuters)

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home