Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 11:40 WIB | Selasa, 08 Desember 2015

Presiden Jangan Hanya Marah, Minta Aparat Hukum Bergerak

Presiden Joko Widodo, Senin (7/12), meluapkan kemarahan karena dicatut namanya meminta 11 persen saham Freeport. (Foto: Kris/Biro Pers-Setpres)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, diminta tidak hanya meluapkan kemarahan melihat kasus pencatutan namanya dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang dilakukan oleh Ketua DPR, Setya Novanto, kepada PT Freeport Indonesia, bergulir di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Presiden Jokowi harus segera memerintahkan aparat penegak hukum bergerak menuntaskan kasus tersebut.

“Wajar Presiden marah, namun jangan hanya diluapkan saja, Presiden harus menginstruksikan aparat penegak hukum menuntaskan kasus ini. Aparat penegak hukum seperti kepolisian dan Kejaksaan Agung harus segera menginvestigasi nama-nama lain yang disebut dalam rekaman itu juga,” kata pengamat politik dari Universitas Padjadjaran Bandung, Idil Akbar, kepada satuharapan.com, hari Selasa (8/12).

Menurut dia, penyelesaian masalah pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wapres JK tidak hanya berada pada tataran etik semata. Masalah ini harus dibuka lebih luas dan selebar-lebarnya. “Harus diperjelas kasus ini. Ini kasus seperti puncak gunung es. Riza Chalid itu bukan hanya bermain di PT Freeport Indonesia, dia pemain minyak juga, lalu Menko Polhukam sudah disebut sebagai jembatan dalam rekaman percakapan,” kata Idil.

Jangan Dijadikan Sinetron

Lebih lanjut, Idil meminta MKD tidak seperti memperpanjang tali kelambu dalam menangani kasus yang saat ini melilit Ketua DPR, Setya Novanto. MKD juga jangan menjadikan kasus tersebut sekadar sinetron politik belaka. Sebab, berbagai pernyataan yang disampaikan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia dalam persidangan MKD sudah menyatakan Setya Novanto melanggar kode etik.

“MKD jangan perpanjang tali kelambu, buat kasus ini seolah sekadar sinetron politik belaka. Tinggal diputuskan saja,” ujar dia.

“Sekarang ini saya lihat MKD seperti mendapatkan panggung politik,” Idil menambahkan.

Terkait keinginan MKD meminta rekaman asli dari telepon genggam Maroef Sjamsoeddin yang kini disita Kejaksaan Agung, menurut Idil, hal tersebut juga aneh. Karena perekam sendiri, Maroef Sjamsoeddin, telah mengaku merekam percakapan dalam pertemuan antara dirinya, Novanto, dan Riza.

“Apa sih yang mau dicari dari rekaman asli itu? Perekamnya saja sudah mengaku,” ucap dia.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home