Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 15:54 WIB | Jumat, 27 September 2013

Puluhan Pekerja Persiapan Piala Dunia Qatar Tewas, Diduga Perbudakan

Sepp Blater, Presiden FIFA (foto: fifa.com)

DOHA, SATUHARAPAN.COM – Puluhan buruh asal Nepal tewas pada beberapa pekan terakhir, karena ada dugaan pelanggaran hak-hak para pekerja di stadion yang menurut rencananya dialokasikan untuk penyelenggaraan Piala Dunia 2022. Fakta tersebut dikeluarkan oleh komite persiapan Piala Dunia Qatar.

Penyelidikan kepolisian Qatar mengindikasikan memang ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa ribuan orang Nepal, yang membentuk kelompok buruh di Qatar. Disebutkan bahwa saat ini ada perbudakan modern seperti yang didefinisikan dalam siaran resmi ILO (Organisasi Perburuhan Internasional) satu pekan lalu. Para buruh yang bekerja tersebut merupakan buruh yang bekerja untuk pembangunan beberapa sarana dan prasarana penting Piala Dunia 2022.

Menurut siaran resmi Kedutaan Besar Nepal di Doha, Qatar, menyebutkan beberapa data 44 pekerja tewas pada periode 4 Juni hingga 8 Agustus 2013, sebagian besar meninggal karena serangan jantung, gagal jantung atau kecelakaan kerja.

Penyelidikan polisi mengindikasikan bahwa pimpinan proyek mengadakan suatu eksploitasi berlebihan terhadap tenaga kerja, dan juga dugaan penunggakan gaji, sementara itu ada beberapa pekerja lain yang mengalami nasib tidak terlalu berat yakni paspor mereka ditahan pihak pimpinan proyek.

Salah satu imigran Nepal yang berhasil diwawancara The Guardian menyebut bahwa ini merupakan bentuk pemanfaataan eksploitasi tenaga kerja dari negara maju dari negara miskin.  “Kami ingin pergi, tetapi perusahaan tidak akan membiarkan kita,” kata salah satu pekerja dari Nepal.

Perlakuan Perusahaan

Para pekerja dari Nepal tersebut kebanyakan menjadi buruh bangunan di kota Lusail, dengan bayaran Rp. 250.000 (45 dolar) kota Losail saat ini sedang membangun stadion berkapasitas besar lebih dari 90.000 tempat duduk yang akan tuan rumah final Piala Dunia.

“Saya marah tentang bagaimana perusahaan ini memperlakukan kami , tapi kami tak berdaya. Aku menyesal datang ke sini, tapi apa yang harus dilakukan ? Kita dipaksa untuk datang hanya untuk mencari nafkah, tapi kami sudah tidak beruntung,” lanjut pekerja yang tidak ingin diungkapkan namanya.

Komite persiapan Piala Dunia 2022 yang dibentuk di Qatar mengatakan pembangunan belum dimulai dan mereka menyanggah kematian para pekerja tersebut. Komite mengatakan bahwa mereka memberi perlakuan yang layak terhadap para pekerja.

"Seperti pihak lain yang melihat video dan foto serta membaca laporan yang diterbitkan, kami terkejut dengan temuan The Guardian. Tidak ada alasan bagi pekerja mana pun di Qatar, atau di tempat lain, yang bisa diperlakukan seperti ini."

"Kesehatan, keselamatan, dan martabat setiap pekerja yang turut serta dalam penyelenggaraan Piala Dunia FIFA 2022 merupakan hal yang paling penting bagi komite kami," kata penyelenggara.

Aturan Tenaga Kerja

Kementerian Tenaga Kerja Qatar mengatakan saat ini pihaknya memiliki aturan ketat terutama tentang peraturan bagi para pekerja, perihal penyediaan tenaga kerja dan ketepatan waktu pembayaran gaji.

“Kementerian melaksanakan hukum ini melalui inspeksi berkala untuk memastikan bahwa para pekerja sebenarnya telah menerima gaji mereka pada waktunya. Jika perusahaan tidak mematuhi hukum, pelayanan berlaku denda dan merujuk kasus tersebut kepada otoritas peradilan.”

Salah satu perusahaan pengembang kota, Lusail Real Estate Company mengatakan bahwa perusahaanya tidak menolerir pelanggaran tenaga kerja, dan dari salah satu perusahaan perusahaan sub kontraktor mereka akan membayarkan terus pembayaran bagi pekerja asal Nepal tersebut.

“Lusail tidak akan mentolerir pelanggaran tenaga kerja atau kesehatan dan hukum, kami terus menginstruksikan kontraktor dan sub kontraktor agar ada kewajiban membayar kontrak mereka kepada para buruh. Kami mengira bahwa tuduhan yang dilancarkan Guardian tersebut merupakan masalah yang sangat serius dan telah disebut tuduhan ke pihak yang berwenang untuk penyelidikan.

Berdasarkan penelitian ini, kami akan mengambil tindakan yang tepat terhadap setiap individu atau perusahaan yang telah ditemukan telah melanggar hukum atau kontrak dengan kami,” menurut informan dari Lusail Real Estate Company yang tidak ingin disebutkan namanya.

Menurut kabar yang bergulir karena kasus ini, salah satu direktur petinggi FA, Richard Scudamore mengatakan bahwa sudah saatnya FIFA selaku pemegang otoritas tertinggi sepakbola dunia mencari tuan rumah baru.

Scudamore berpendapat alangkah lebih baiknya memindahkan jadwal dan tempat pertandingan Piala Dunia 2022, karena keberatan apabila pertandingan diselenggarakan di daerah yang panas seperti di Timur Tengah.

Jauh sebelumnya, Sepp Blatter mengatakan pada 2 December 2010 bahwa Qatar merupakan penyelenggara Piala Dunia. "Piala Dunia saat diselenggarakan di kawasan Arab yang saat ini sudah ada 22 negara yang akan mengorganisir turnamen,” kata Blatter sembari mengatakan bahwa saat ini ada 1,6 juta penduduk di kawasan Timur Tengah.

Blatter mengatakan apabila Qatar yang pernah sukses menyelenggarakan Asian Games 2006 maka tidak ada salahnya untuk berani menyelenggarakan Piala Dunia. (guardian.co.uk/ bbc.co.uk)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home