Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 12:42 WIB | Kamis, 25 Februari 2021

Puluhan Pengungsi Rohingya Terapung-apung di Laut Andaman Tanpa Makanan

Kapal mereka diperkirakan berangkat dua pekan lalu dan mengalami kerusakan mesin. Diperkirakan delapan orang tewas.
Foto diambil 15 Februari 2021 menunjukkan pengungsi Rohingya yang menuju ke pulau Bhasan Char bersiap untuk menaiki kapal angkatan laut dari kota pelabuhan tenggara Chattogram, Bangladesh. Badan pengungsi Perserikatan Bangsa-bangsa, UNHCR) mengatakan pada hari Rabu (24/2) , bahwa sekelompok pengungsi Rohingya terapung-apung di sebuah perahu di Laut Andaman tanpa makanan atau air, dan bahwa keluarga mereka khawatir banyak yang telah meninggal. (Foto: dok.AP)

DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Penjaga pantai India menemukan sebuah kapal yang membawa pengungsi Rohingya terapung-apung di Laut Andaman dan memberi mereka makanan, air, dan perawatan medis, kata badan pengungsi PBB, hari Kamis (25/2).

Badan itu, UNHCR, mengatakan penjaga pantai India menanggapi permintaannya dan mengerahkan tim pencarian dan penyelamatan. Kapal itu diyakini telah meninggalkan Bangladesh dua pekan lalu dan kemudian rusak di laut.

PBB dan kelompok hak asasi manusia telah melaporkan bahwa banyak dari sekitar 90 pengungsi di kapal itu menderita dehidrasi akut dan keluarga mereka di kamp pengungsi khawatir banyak yang mungkin sudah meninggal.

Juru bicara UNHCR, Catherine Stubberfield, mengatakan dia menghargai upaya penjaga pantai India. “Tetapi mengingat para pengungsi masih terombang-ambing di laut, segera turun sangat penting untuk memenuhi kebutuhan paling dasar manusia dan memastikan bahwa keselamatan mereka tidak lagi terancam,” katanya.

Badan PBB mengatakan tidak mengetahui lokasi pasti kapal itu. Pada hari Senin (21/2) pihaknya memperingatkan negara-negara terdekat untuk mencari kapal dan mengatakan siap menawarkan bantuan kemanusiaan.

Ibu dari seorang pria berusia 25 tahun yang dilaporkan di atas kapal mengatakan dia berdoa untuk keselamatannya. “Ya Tuhan, selamatkan semua orang yang terjebak di perahu termasuk anak saya... Menempatkannya di suatu tempat di tepi sungai. Tolong penuhi keinginan anak saya untuk pergi ke sana,” kata Nasima Khatun. Dia berbicara dari kamp pengungsi Kutupalong di Cox’s Bazar di perbatasan Bangladesh dengan Myanmar.

“Apakah anak saya masih hidup? Apa yang terjadi padanya karena kelaparan? Saya tidak tahu apa-apa tentang apa yang dilakukan anak saya, bagaimana dia bertahan hidup. Dia hanya membawa empat liter air,” katanya.

Diduga Delapan Tewas

Chris Lewa, direktur Proyek Arakan yang memantau Muslim Rohingya yang melarikan diri dari penganiayaan dan kekerasan di Myanmar di kamp pengungsian di negara tetangga Bangladesh, mengatakan kelompoknya mendengar sedikitnya delapan orang yang tewas di kapal.

Lewa mengatakan kapal itu meninggalkan pantai pada 11 Februari untuk tujuan di Asia Tenggara tetapi mesinnya rusak. Proyek Arakan tidak dapat menghubungi para pengungsi selama beberapa hari. “Kami telah berbicara dengan mereka. Tapi sekarang mereka tidak bisa dilacak. Mereka tidak punya air atau makanan, mereka minum air laut dan sekarat,” kata Lewa melalui telepon.

Pihak berwenang di Bangladesh mengatakan mereka tidak memiliki informasi tentang kapal apa pun yang baru-baru ini membawa pengungsi keluar dari perairan Bangladesh.

Lebih dari satu juta Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar tinggal di kamp-kamp yang padat. Beberapa upaya untuk memulangkan mereka gagal, karena para pengungsi menolak untuk kembali karena takut akan lebih banyak kekerasan di negara yang menolak hak-hak dasar mereka termasuk kewarganegaraan.

Pedagang manusia sering memikat para pengungsi, menjanjikan mereka bekerja di negara-negara Asia Tenggara. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home