Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 16:49 WIB | Minggu, 30 Juni 2019

Rekaman Ingatan Dua Perupa dalam “To Remember”

Rekaman Ingatan Dua Perupa dalam “To Remember”
Karya drawing berjudul Doa 2 (tengah) karya Haryo SAS dalam pameran berjudul To Remember” di Bentara Budaya Yogyakarta, 22-30 Juni 2019. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Rekaman Ingatan Dua Perupa dalam “To Remember”
Not Enough Strong – cat akrilik di atas kanvas – 75 cm x 50 cm – Kusbudiyanto – 2019.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sebanyak 21 lukisan dan 4 karya drawing dari seniman-perupa Haryo SAS dan Kusbudiyanto dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), Jalan Suroto No 2 Yogyakarta. Pameran yang dibuka pada Sabtu (22/6) malam mengangkat tajuk “To Remember” berlangsung hingga 30 Juni 2019.

Seniman-perupa otodidak Kusbudiyanto dengan latar belakang ekonom dengan pengalaman sebagai konsultan desain untuk perajin rotan di Kalimantan mempresentasikan 13 lukisan dalam gaya dekoratif-figuratif. Haryo SAS, yang memiliki latar belakang ilustrator buku sekaligus pengajar pada sebuah politeknik seni di Yogyakarta, mempresentasikan delapan lukisan ekspresionis serta empat karya drawing dalam medium pensil di atas kertas.

Ingatan atas perjalanan dan aktivitas keseharian menjadi rekaman kedua seniman-perupa dalam mengeksplorasi kekaryaan secara estetik-artistik. Lama berkecimpung pada dunia handycraft membuat Kusbudiyanto bersinggungan langsung dengan hal-hal yang secara visual terekam secara artistik dan mengasah kepekaan rasa. Sedikit-banyak hal tersebut mendorong dirinya untuk merekam sekaligus menuangkannya ke dalam karya.

Karya dalam gaya dekoratif-figuratif dengan permainan bentuk-warna yang beragam cenderung memancing ketertarikan khalayak umum untuk melihat secara detail. Hal demikian terekan Kusbudiyanto dalam karya-karyanya berjudul Jogja Destiny’s, Just A Story, Pasar Malam, The Change.

Dalam tampilan visual Kusbudiyanto tidak berbicara tentang artistik semata. Penggunaan figur-figur ganjil-naif maupun karakter wayang menjadi pembacaan reflektif Kusbudiyanto dalam karya-karya berjudul Gandrung, Maternity, Super Dog, Pseudo, Rebutan Balung Tanpa Isi. Bahkan dalam karya berjudul Not Enough Strong seolah Kusbudiyanto sedang menertawakan dirinya atas ketidakmampuan diri sendiri. Not Enough Strong menjadi karya Kusbudiyanto yang sedikit berbeda dari karya lainnya.

Berbeda dengan Kusbudiyanto, pembacaan Haryo SAS atas ingatan perjalanan terekam dalam goresan garis eskpresionis untuk menangkap ekspresi objek yang dibuatnya. Karya berjudul Who Are You ataupun It’s Me misalnya ekspresi bisa terbaca dalam gerak tubuh (gestur), goresan-sapuan garis yang tegas, maupun komposisi warna yang cukup kontras. Hal demikian terlihat pada karya 5 Smart Girls, dan Born Around Fire. Sementara pada Rahwana dan Shinta, Be Happy, Praise 1, Praise 2, Haryo mencoba menangkap suasana dengan memanfaatkan akar tradisi Jawa.

Empat karya drawing Haryo berjudul Doa 1, Doa 2, Oplas, serta Hope dalam citraan monochrome hitam-putih menjadi karya yang secara visual sangat impresif. Tanpa penjelasan berlebihan karya drawing sering menawarkan kedalaman rasa yang tidak hanya berhenti pada visual semata dan bisa menggugah ingatan penikmatnya.

Dalam karya Doa 2 dengan objek ibu tua yang sedang khusyuk berdoa, pada momen apa ingatan tersebut akan membawa Anda menjelajah ruang waktu?

Pameran dua seniman-perupa berjudul “To Remember” menjadi penutup rangkaian acara di Bentara Budaya Yogyakarta selama semester pertama tahun 2019.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home