Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 14:04 WIB | Rabu, 09 November 2016

RI Usulkan Kerja Sama Vokasional Pada Perundingan IA-CEPA

Ilustrasi. Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan Pariwisata Investasi Australia, Steven Ciobo, didampingi Kepala BKPM, Dubes RI untuk Australia, Konsul Jenderal RI di Sydney dan Direktur Perundingan Bilateral, Kemendag awal pekan ini. Pertemuan berlangsung di Intercontinental Hotel, Sydney membahas perkembangan perundingan IA CEPA, kerjasama bidang pengembangan sapi, potensi-potensi sektor barang dan jasa untuk mendorong perdagangan bilateral kedua negara. (Foto: Dok. kemendag.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dalam perundingan ke-5 Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), Indonesia mengusulkan kerja sama terkait bidang vokasional. Daya saing tenaga kerja Indonesia perlu semakin ditingkatkan seiring persaingan global yang semakin kompetitif. 

Usulan tersebut disampaikan Ketua Tim Perunding Indonesia Deddy Saleh pada perundingan yang dilaksanakan di Bandung, Jawa Barat, 31 Oktober-4 November 2016. 

Deddy mengatakan, kerja sama bidang vokasional ini merupakan prakarsa Indonesia. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, khususnya tenaga vokasi, melalui kerja sama vocational education and training and vocational workers

“Indonesia memprakarsai kerja sama vokasional ini dengan cakupan area di bidang pendidikan, industri, pertanian, kehutanan, kesehatan, pariwisata, dan tenaga kerja,” kata Deddy dalam keterangan tertulis di Jakarta, hari Selasa (8/11). 

Gagasan baru Indonesia itu mendapat sambutan positif. Ketua Tim Perunding Australia Frances Lisson menyatakan bahwa Australia akan menindaklanjuti usulan Indonesia tersebut. 

“Usulan kerja sama di bidang vokasional ini akan segera ditindaklanjuti Pemerintah Australia. Kami akan membahas secara internal dengan seluruh stakeholders terkait di Australia, khususnya di bidang vokasional. Selanjutnya, ini akan dibahas kembali oleh kedua negara pada perundingan berikutnya,” kata Lisson. 

Pada perundingan ke-5 ini, kedua negara menyatakan sangat optimis dapat menghasilkan kemajuan signifikan. Kedua negara juga telah membahas akses pasar di bidang perdagangan barang dan jasa serta pembahasan lebih mendalam seluruh draf teks IA-CEPA. 

Perundingan ini merupakan kelanjutan dari perundingan ke-4 yang dilaksanakan pada 23-26 Agustus 2016 di Sydney, Australia. Isu utama IA-CEPA yang dibahas dalam Perundingan ke-5 ini antara lain Trade in Goods, Rules of Origin, Custom Procedures and Trade Facilitation, Sanitary and Phytosanitary, Technical Barriers to Trade, Trade in Services, Professional Services, Financial Services, Telecommunication, Investment, E-Commerce, Competition Policy, dan Institutional and Framework Provisions. 

“Kedua negara tetap optimis bahwa Perundingan IA-CEPA dapat diselesaikan dalam jangka waktu setahun lagi, yakni pada 2017. Rasa optimis ini juga diungkapkan juga Menteri Perdagangan RI dan Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia pada 5 Agustus 2016 melalui pembicaraan per telepon,” kata Deddy.

Pada perundingan yang dihadiri perwakilan seluruh instansi terkait dari kedua negara tersebut, juga dibahas tindak lanjut kerja sama dalam kerangka Early Outcome IA-CEPA seperti skills development exchange pilot project, herbal product, food and drug standard and controls, dan standard mapping project. 

Adapun bentuk kerja sama lain dalam kerangka Early Outcomes IA-CEPA adalah kerja sama di bidang red meat and cattle, financial services, fashion and jewellery design, serta kerja sama di bidang industri, seperti pengembangan food innovation center. 

Sementara itu, terkait kerja sama dalam kerangka Early Outcomes IA-CEPA, Lisson berharap dapat diumumkan saat pertemuan bilateral Menteri Perdagangan RI dan Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Industri Australia pada 7 November 2016. 

Sekilas Kinerja Perdagangan Indonesia-Australia 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai total perdagangan bilateral Indonesia dan Australia pada 2015 mencapai US$ 8,51 miliar. Neraca perdagangan Indonesia-Australia pada tahun 2015 mengalami defisit bagi Indonesia sebesar US$ 1,1 miliar. 

Ekspor Indonesia ke Australia pada periode Januari-Agustus 2016 tercatat sebesar US$ 2,19 miliar atau turun 10,34 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD 2,45 miliar. Sementara itu, impor Indonesia dari Australia pada periode Januari-Agustus 2016 mencapai nilai US$ 3,36 miliar atau naik 3,56 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai US$ 3,25 miliar. 

Komoditas ekspor andalan Indonesia ke Australia antara lain adalah other tubes & pipes; wood; tubes, pipes and hollow profiles; reception app. for television; dan tyres. Sedangkan, komoditas impor utama Indonesia dari Australia antara lain adalah wheat & meslin; live bovine animals; cane; coal; dan iron ores.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home