Loading...
EKONOMI
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 13:00 WIB | Selasa, 18 Agustus 2015

Rupiah Selasa Pagi Melemah Menjadi Rp 13.818

Perajin menyelesaikan pesanan batik tulis di Koperasi Usaha Bersama (KUB) Batik Silva di Paoman, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (14/8). Terpuruknya nilai rupiah terhadap dolar AS berdampak pada harga bahan baku batik berupa kain mori yang mengalami kenaikan hingga 20 persen. Pengusaha batik mengeluhkan sepinya permintaan ekspor batik sejak dolar AS merangkak naik. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, hari Selasa (18/8) pagi bergerak melemah sebesar 17 poin menjadi Rp 13.818 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 13.801 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, mengatakan bahwa nilai tukar rupiah masih tertekan terhadap dolar AS seiring dengan mata uang di kawasan Asia.

"Walaupun isu devaluasi Yuan Tiongkok sudah mereda, namun harga minyak dan komoditas lain yang bergerak turun mengangkat mata uang dolar AS sehingga rupiah terkena imbasnya," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, angka defisit neraca transaksi berjalan yang melebar serta keseluruhan neraca pembayaran yang defisit menambah tekanan mata uang rupiah terhadap dolar AS.

"Saat ini, pelaku pasar sedang menunggu hasil kebijakan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. Tingkat suku bunga acuan (BI rate) sepertinya masih akan tetap, melihat volatilitas rupiah yang tinggi," katanya.

Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa secara fundamental ekonomi nasional memang sedang kurang kondusif sehingga nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan terhadap dolar AS.

Ia mengatakan bahwa spekulasi mengenai peluang kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed fund rate) pada bulan September menambah kekhawatiran pasar. Data penjualan ritel AS yang kembali meningkat mengisyaratkan momentum yang solid dalam ekonomi AS.

Kendati demikian, Lukman Leong mengatakan pidato Presiden mengenai RUU tentang APBN Tahun 2016 beserta Nota Keuangannya pada Jumat (14/8) ini dinilai cukup realistis di tengah perekonomian global yang sedang bergejolak.

"Yang terpenting bagi pemerintah adalah tetap berkomitmen untuk mencapai asumsi yang telah disampaikan seperti pertumbuhan ekonomi 5,5 persen serta menjaga inflasi tetap rendah di level 4,7 persen," katanya. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home