Loading...
INSPIRASI
Penulis: Juppa Haloho 01:00 WIB | Kamis, 06 November 2014

Sakitmu Menghidupkanku

Oh, betapa kami harus menghormati, menghargai, melindungi, dan mengasihi engkau, Ibu. Kau rela menahan sakit demi anak-anakmu. Demi satu bahkan lebih kehidupan baru.
Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – Setiap ibu pasti tahu betapa sakitnya melahirkan. Maksud saya proses persalinan normal yang membutuhkan banyak kekuatan dan keberanian menahan kontraksi sampai Sang Bayi lahir. Sedang untuk persalinan caesare, mereka menghadapi sakit pascapersalinan. Untuk menghadirkan kehidupan baru, para ibu harus menderita sakit.

Kelahiran anak kedua kami beberapa hari lalu misalnya. Istri saya harus mengalami kesakitan sejak 09.30 pagi 1 November sampai akhirnya anak kami lahir pukul 00.35 dini hari 2 November. Bahkan ia ingin menyerah. Ia ingin kami melakukan operasi caesare dengan segera. Ia tidak berdaya. ”Aku lemas..., aku ingin tidur..., ayolah kita caesare saja...” pintanya memelas. Tenaganya terkuras habis menahan perih dan sakit saat kontraksi tiba.

”Mengapa harus sakit untuk melahirkan?” gumamnya. ”Supaya ada yang diceritakan kepada orang lain.” jawab saya. Saya mengingatkan dia betapa bangga dan bahagianya ia kala melahirkan anak pertama kami secara normal. Waktu itu tiga puluh dua jam ia harus menahan sakit kontraksi demi kontraksi.

”Konteksnya beda,” balasnya. ”Waktu itu aku fit, sudah cuti. Sekarang, aku sedang tidak fit. Seminggu ini aku lelah dan tidak tidur cukup.” terangnya agar saya memutuskan untuk persalinan melalui operasi caesare. Tak mau kalah, saya mengingatkan ulang apa yang dialami oleh kakak saya yang baru saja melahirkan dengan caesare. ”Sama-sama sakit, kan?” jelas saya padanya.

Seketika itu, ia punya kekuatan dan keberanian baru. Ia memberi tanda kepada Ibu Bidan untuk melanjutkan persalinan normal. Takut dan lelahnya hilang seketika. Dia tak menghiraukan sakit, perih, dan terkurasnya tenaga menahan kontraksi sampai ia mendengarkan tangisan pertama anak itu. Air mata bahagia pun mengalir ketika ia melihat anaknya terlahir kedunia.

Oh, betapa kami harus menghormati, menghargai, melindungi, dan mengasihi engkau, Ibu. Kau rela menahan sakit demi anak-anakmu. Demi satu bahkan lebih kehidupan baru.

Wai, Para Ibu, terima kasih. Sakitmu menghidupkanku!

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home