Saran yang Membangun

SATUHARAPAN.COM – Siang itu, di dalam ruang kelas, Silvy telah selesai mempresentasikan karya musiknya. Beberapa saat kemudian Pak Johan sebagai dosen pengajar bertanya kepada para mahasiswanya, ”Adakah dari kalian yang ingin memberikan tanggapan untuk karya Silvy?” Mereka pun terdiam beberapa saat. Hampir 10 menit kelas berlanjut tanpa ada tanggapan untuk karya Silvy.

Namun, beberapa kali terdengar bisik-bisik tentang karya tersebut. Beberapa dari mereka berbisik menyatakan bahwa karya Silvy tidak sesuai dengan teori dan dibuat tanpa memperhatikan langkah-langkah yang ada. Mendengar bisik-bisik itu, Pak Johan berkata ”Saya  tahu, Kalian sangat menguasai materi dan pandai dalam mata kuliah ini. Tetapi, apakah kalian tidak mau memberikan saran secara langsung pada teman yang belum mengerti?”

Sering kita menemui peristiwa serupa dengan kisah tadi. Banyak sekali faktor yang membuat kita membatasi diri untuk memberikan saran yang baik bagi orang lain. Mungkin karena kita takut dia akan menjadi pesaing kita, takut dijuluki sok benar, atau mungkin karena taktut hubungan baik menjadi rusak karena saran yang diberikan.

Tetapi, apabila kita terus-menerus bersikap demikian, dampaknya akan sangat fatal baik bagi diri kita maupun orang lain. Jika kita membiarkan orang lain melakukan kesalahan tanpa memberi peringatan, maka orang itu akan terus melakukan kesalahan. Dan bukan tidak mungkin, hal itu akan menghancurkan hidupnya di kemudian hari, yang kemungkinan ebar akan menimbulkan penyesalan dalam diri kita.

Baik saran, arahan, dan kritik sebenarnya adalah bagian dari kasih dan kepedulian kita terhadap seseorang. Meski saran kita belum tentu didengar dan mendapat respons baik, kita harus mengupayakan dan memberikan peringatan agar tidak melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari.

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com