Loading...
DUNIA
Penulis: Martha Lusiana 15:18 WIB | Senin, 13 Juli 2015

“Sebuah Keajaiban Paus Datang ke Tempat Berlumpur Ini”

Paus Fransiskus disambut oleh seorang nenek yang setia selama kunjungannya ke lingkungan Banado Norte, Paraguay. (Foto: Pool/Reuters/The Guardian)

BANADO NORTE, SATUHARAPAN.COM – Di hari terakhirnya mengunjungi Paraguay, Minggu (12/7), Paus menyempatkan diri melawat orang-orang pinggiran, yang kumuh dan rawan banjir di luar Kota Ansuncion, Paraguay.

Paus Fransiskus disambut sorak-sorai saat ia membuka sambutannya dengan mengatakan bahwa Paus tidak bisa meninggalkan Paraguay tanpa mengunjungi Banado Norte.

Kebanyakan warga Banado Norte adalah penghuni liar yang berasal dari daerah pedalaman di bagian timur laut Paraguay. Lahan pertanian mereka semakin sedikit sebab dibeli oleh orang-orang kaya Brasil dan perusahaan multinasional. Warga menurut hak lahan atas mereka karena mereka telah bekerja untuk membuat layak huni dengan sedikit bantuan dana dari pusat.

“Kami membangun lingkungan kami sepotong demi sepotong. Kami telah membangun layak  meskipun ini daerah yang sulit, naiknya air sungai, juga pemerintah yang mengabaikan dan memusuhi kami,” ungkap hati salah satu warga, Maria Gracia, kepada Paus.

Dalam rangkaian perjalanannya di Amerika Latin, Paus Fransiskus membela kaum papa, mengunjungi daerah tertindas, dan mendorong masyarakat agar dapat bekerja sama.

Bapa Paus menguatkan iman masyarakat Banado Norte supaya semakin kuat meski lingkungan mereka sulit. Selain kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah, bila turun hujan lebat, air meluap ke bantaran Sungai Paraguay sehingga jalan-jalan di tanah Banado Norte menjadi kolam lumpur.

“Saya ingin melihat wajah Anda, anak-anak, orang tua, dan mendengar pengalaman spiritual Anda menghadapi keadaan sulit ini, saat harus bertahan ketika cuaca buruk dan banjir melanda dalam beberapa pekan terakhir,” ujar Paus.

Diperkirakan ada 100.000 warga menjerit melihat Paus Fransiskus berjalan menyapa mereka. Mereka kerap menjangkau Paus dan menyentuh jubah putih, juga mencoba mengambil foto Paus dengan ponsel mereka.

“Sekarang saya bisa meninggal dengan tenang,” kata Francesca Ed Chamorra, seorang janda berusia 82 tahun yang tinggal di daerah kumuh itu sejak 1952. “Sebuah keajaiban Paus datang ke tempat berlumpur ini.”

Paus aktif menyuarakan ketidakadilan sistem kapitalisme global, yang katanya uang telah menjadi idola bagi sistem ini. Ia juga menuntut adanya model ekonomi baru, di mana kekayaan alam dapat merata untuk semua orang.

“Memberi mereka makan, mendirikan rumah bagi anak-anak, membangun fasilitas kesehatan dan pendidikan adalah hal terpenting dalam proses martabat manusia. Para pebisnis, politisi, ekonom seharusnya tertantang dengan keadaan ini,” kata Bapa Suci.

“Saya minta mereka (orang-orang kaya) tidak boleh menyerah pada model ekonomi musyrik ini, yang mengorbankan nyawa manusia di atas altar uang dan keuntungan,” ucap Paus melanjutkan. (theguardian.com)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home