Loading...
RELIGI
Penulis: Endang Saputra 16:15 WIB | Senin, 19 Oktober 2015

Sejarawan: Tak Ada 10 November Tanpa 22 Oktober

Sejarawan Agus Sunyoto. (Foto: nu.or.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sejarawan Agus Sunyoto mengatakan, penetapan Hari Santri Nasional bukan hanya sebagai agenda kepentingan kelompok tertentu sehingga dapat memecah belah umat.

Tetapi,kata Agus untuk kepentingan seluruh bangsa Indonesia yang ketika itu digerakkan oleh Resolusi Jihad, yakni fatwa jihad KH Hasyim Asy’ari yang menyatakan bahwa membela tanah air dari penjajah hukumnya fardlu’ain atau wajib bagi setiap individu.

“Ini konteksnya melawan Jepang dan tentara sekutu. Dari fatwa jihad Mbah Hasyim Asy’ari 22 Oktober 1945, pecahlah peperangan besar pada 10 November 1945 di Surabaya. Jadi, jika tak ada Resolusi Jihad yang digaungkan kaum santri, tak akan ada 10 November yang kita peringati sebagai Hari Pahlawan itu,” kata  Agus pada hari Rabu, (14/10) seperti dikutip dari nu.or.id.

Dia juga menerangkan, kaum santri merupakan representasi bangsa pribumi dari kalangan pesantren yang sangat berjasa membawa bangsa ini menegakkan kemerdekaan RI dari tangan penjajah.

Jika dirunut sejarahnya, kata Ketua PP Lesbumi NU ini, awalnya Indonesia dianggap negara boneka Jepang oleh Negara sekutu karena kemerdekaannya dinilai pemberian dari Nippon ini. Hal ini bisa dijelaskan, menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia, Soekarno dan Hatta menyambangi Jepang untuk bertemu dengan Kaisar.

“Rapat besar di Lapangan Ikada yang kini lapangan Monas, juga dijaga ketat oleh tentara Jepang. Belum lagi naskah teks Proklamasi yang diketik oleh orang berkebangsaan Jepang, Laksamana Meida,” kata dia.

Setelah Jepang kalah perang dengan Tentara sekutu atau NICA, lanjutnya, mereka berusaha kembali menjajah Indonesia dalam agresi militer kedua. Agus menjelaskan, ternyata tentara NICA dikagetkan oleh perlawanan orang-orang pribumi dari kalangan santri.

“Dari sinilah mereka berpikir, bahwa kemerdekaan Indonesia bukan karena pemberian dari bangsa Jepang, melainkan betul-betul didukung oleh seluruh rakyat Indonesia,” jelas penulis buku Atlas Wali Songo ini.

Sebelumnya, Presiden Jokowi sendiri telah menandatangani Keppres yang menyatakan tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional. Presiden bukan tanpa alasan dan kajian mendalam tentang hal ini. Karena kontribusi kaum santri dengan fatwa Resolusi Jihad mampu menggerakkan seluruh rakyat Indonesia dalam peperangan besar 10 November di Surabaya.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home