Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 01:00 WIB | Kamis, 26 Juni 2014

Selamat Jalan, Pak Alfred!

Alfred Simanjuntak (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Kala pertama berjumpa dengannya—dalam editors training 1994 yang diselenggarakan Yayasan Komunikasi Bina Kasih—tahulah saya, dia bukan sekadar pencipta lagu perjuangan. Mulanya, saya mengenalnya sebagai pengarang lagu Bangun Pemudi Pemuda. Kadang tertukar dengan Simanjuntak yang lain. Tak mudah membedakan A dan C.

Tentang kawannya itu, yang juga pencipta lagu, dia pernah berujar, ”Yogya punya Cornell Simanjuntak, Solo punya Alfred Simanjuntak.” Keduanya belajar di sekolah guru. Bedanya, sekolah guru Yogyakarta berada dalam naungan Misi Katolik, sedangkan sekolah guru Solo berada dalam asuhan Zending Protestan. Sayang, kawannya itu mati muda. Dan Pak Alfred terus  berkarya hingga Tuhan memanggilnya kemarin, Rabu 25 Juni 2014, dalam usia 94 tahun.

Pak Alfred tak hanya mencipta lagu. Dia pernah menjadi guru, wartawan, dan mengembangkan diri dalam kancah penerbitan, khususnya penerbitan Kristen. Kepiawaiannya di bidang penerbitanlah yang mempertemukan kami—dia guru dan saya muridnya. Saat kami berjumpa dia tak lagi direktur BPK Gunung Mulia. Sudah lama pensiun. Tetapi, yang namanya komunikator mana pernah bisa pensiun?

Dalam pelatihan selama sembilan bulan itu, Pak Alfred senantiasa mendorong para muridnya mencari kata yang sungguh-sungguh ”bunyi”. Bagi dia, kata bukanlah sekumpulan huruf. Setiap kata berirama. Sewaktu menulis, sarannya, ”Gunakanlah kata yang mampu mengajak orang bernyanyi dalam hati saat membaca tulisan kita!” Dan, ”Karangan yang baik,” jelas Pak Alfred waktu itu, ”selalu enak didengar telinga!” Sehingga dalam pelatihan itu, dia akan meminta setiap peserta membacakan karyanya masing-masing dengan bersuara.

Tak hanya mengajar teknis menulis, Pak Alfred menunjukkan hakikat penulisan. ”Saya ingin kita semua menulis untuk kemanusiaan,” tegasnya waktu itu. Artinya, menulis bukan sekadar eskpresi diri, tetapi penulis harus senantiasa bertanya: ”Apakah arti tulisan ini bagi orang lain?” Tulisan macam beginilah yang dibutuhkan pembaca. Itu jugalah tujuan utama penulisan: membangun jiwa pembacanya.

Dalam Bangun Pemudi Pemuda, Pak Alfred menulis: ”Sudi tetap berusaha, jujur dan ikhlas. Tak usah banyak bicara t’rus kerja keras. Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih. Bertingkah laku halus hai putra negeri.” Indonesia membutuhkan manusia-manusia macam begini. Dan semuanya itu bisa dimulai dari bacaan bermutu.

Selamat jalan Pak Alfred!

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home