Loading...
BUDAYA
Penulis: Sotyati 10:26 WIB | Rabu, 25 Juni 2014

Maestro Alfred Simanjuntak Tutup Usia

Alfred Simanjuntak Rabu, dalam Konser Malam Dana menyambut ulang tahun Yayasan Musik Gereja (Yamuger), 10 Februari 2010. (Foto: Dok Yamuger)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Penggubah lagu Alfred Simanjuntak (94) tutup usia di RS Siloam Karawaci, Tangerang, Rabu (25/6) pukul 06.00 pagi. Berita tersebut diperoleh darai Yayasan Musik Gereja (Yamuger), pagi ini. Jenazah menurut rencana akan disemayamkan di rumah duka Jl Bintaro Paradise no 11, Jakarta Selatan.

Alfred Simanjuntak, bagi sebagian orang, terutama siswa sekolah, dikenal sebagai pencipta lagu Bangun Pemudi Pemuda, yang biasa dinyanyikan pada peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober. Namun, seperti bisa dibaca di dalam riwayat hidupnya, ia juga menciptakan lagu perjuangan lain, Indonesia Bersatulah dan Negara Pancasila.

Ketika terjadi pemberontakan PRRI, Permesta, dan RMS, pada kurun 1957 – 1960, lagu Indonesia Bersatulah disiarkan Radio Republik Indonesia paling sedikit tiga kali sehari. Lagu Negara Pancasila digubahnya ketika isu tentang dasar negara itu tengah menghangat pada 1980.

Alfred juga menggubah lagu untuk ibadah, yang hingga kini dipakai dalam tata ibadah gereja. Pada ibadah Minggu (22/6) lalu, misalnya, lagu ciptaannya, Kidung Jemaat nomer 432, Jika Padaku Ditanyakan,dinyanyikan dalam ibadah di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Cawang.

Menyimak halaman Indeks-indeks dan Lain-lain di Kidung Jemaat, bisa dijumpai karyanya yang lain, di antaranya, Yesus Katakan ”Akulah” (Kidung Jemaat/KJ nomer 152) dan Kita Satu di Dalam Tuhan (KJ 256). 

Penggubah Himne PKB

Alfred, yang mengawali kariernya sebagai pendidik, juga menciptakan lagu-lagu bertema pendidikan, termasuk pendidikan tentang lingkungan, Kami Berjanji, Aku Suka ke Sekolah, dan Selamatkan Terumbu Karang. Lagu yang disebut terakhir itu berirama dangdut, diciptakan Alfred atas permintaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Johns Hopkins University/Center for Communication Program.

Sepanjang kariernya sebagai penggubah lagu, ia juga menuliskan beberapa syair dan menerjemahkan lagu karya komponis luar. Kepiawaiannya dalam bermusik itu mengantarnya menciptakan himne, yakni Himne RS PGI Cikini yang diluncurkan pada perayaan 100 tahun Rumah Sakit PGI Cikini pada 1998. Yang menarik, ia juga menciptakan Himne Partai Kebangkitan Bangsa, atas permintaan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur, almarhum, Red). Himne itu, menurut pengakuannya dalam sebuah wawancara, ia gubah melalui diskusi panjang dengan Gus Dur.

Pendiri Yamuger

Kehidupan Alfred Simanjuntak sangat kaya warna. Dilahirkan di Parlombuan, Sumatera Utara, 8 September 1920, ia menyelesaikan pendidikan di Tanah Jawa. Mengecap pendidikan di Holands Inlandse Kweekschool, Surakarta (1935 – 1941), ia kemudian bekerja sebagai guru di Kutoarjo, di Jawa Tengah.

Alfred mencicipi gerakan perjuangan ketika bekerja sebagai guru Sekolah Rakyat Sempurna ”Indonesia” yang didirikan Parada Harahap, Dr Bahder Djohan, dan Mr Wongsonegoro. Pada kurun 1946 – 1949, namanya tercatat dalam susunan redaksi SK Sumber, Jakarta, sebagai wartawan.  

Alfred, yang meneruskan pendidikan di Fakultas Sastra UI, Jakarta (1950 – 1952),  juga tercatat menjadi pengajar di Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta (1951 – 1953), sebelum meneruskan pendidikan ke Belanda (Rijksuniversiteit Utrecht; Leidse Universiteit, Leiden; Stedelijke Universiteit, Amsterdam, 1954 – 1956). 

Dalam sebuah wawancara, Alfred mengisahkan semangat perjuangannya terasah ketika mengajar di SMP di Jalan Pendrikan, Semarang, sekolah yang disebutnya menghasilkan banyak pemimpin bangsa dan masyarakat. Tahun-tahun mengajar di Semarang itu pula yang menjadi tahun-tahun produktifnya menciptakan lagu-lagu perjuangan.

Bersama EL Pohan, Ruben Budhisetiawan (Yap Heng Ghie), JL Aulia (Lauw Kian Joe), dan Prof Dr JLC Abineno, Alfred mendirikan Yamuger.

Alfred juga tercatat ikut mendirikan Badan Penerbit Kristen Gunung Mulia bersama Dr J Verkuyl, dan bekerja di lembaga itu sampai dengan 1985.

Ia dikaruniai empat anak, Aida, Toga, Dorothea, dan John. Putri sulungnya, Aida Swenson, beberapa kali mengharumkan nama ketika Paduan Suara Anak Indonesia yang dipimpinnya, memenangi berbagai ajang lomba paduan suara tingkat internasional.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home