Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 21:27 WIB | Kamis, 29 Oktober 2015

Selawat Iringi Perjuangan Ponpes Nur Iman Sleman

Selawat Iringi Perjuangan Ponpes Nur Iman Sleman
Para pendukung Ponpes Nur Iman Mlangi mendukung dari pinggir lapangan saat perdelapan final Liga Santri Nusantara (LSN), hari Kamis (29/10) di Lapangan Sepak Bola TNI Angkatan Udara, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. (Foto-foto: Prasasta Widiadi).
Selawat Iringi Perjuangan Ponpes Nur Iman Sleman
Pemain Ponpes Salafiyah Arif Asis (kaus oranye, kanan) mencoba menghindar dari hadangan Pesepak bola Ponpes Nur Iman, Irvan (kaus abu-abu, tengah) di perdelapan final Liga Santri Nusantara (LSN), hari Kamis (29/10) di Lapangan Sepak Bola TNI Angkatan Udara, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. (Foto-foto: Prasasta WIidadi).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Lagu-lagu bernuansa Islam yang dikumandakan para suporter dari kesebelasan Pondok Pesantren (Ponpes) Nur Iman, Mlangi, Sleman mengiringi perjuangan Nur Iman, Mlangi, Sleman saat menggulung Ponpes Salafiyah dengan skor 7-0 dalam partai perdelapan final, hari Kamis (29/10) di Lapangan Sepak Bola TNI Angkatan Udara, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Sholatullah Salamullah, ‘Alaa Thoha Rosulillah, Sholatullah Salamullah ‘Alaa Yasiin Habibillah,” begitulah sepenggal lirik lagu Selawat Badar yang dinyanyikan para suporter Ponpes Nur Iman yang datang mengiringi perjuangan para pesepak bola santri.

Apabila diterjemahkan maka artinya Rahmat dan keselamatan Allah, Semoga tetap untuk Nabi Thaaha utusan Allah, Rahmat dan keselamatan Allah, Semoga tetap untuk Nabi Yasin kekasih Allah’

Menurut pengamatan satuharapan.com sejak kedatangan tim Ponpes Nur Iman di Lapangan Sepak Bola TNI Angkatan Udara, Halim Perdanakusuma, hari Kamis (29/10) pukul 13:15. Rombongan Ponpes Nur Iman menjadi rombongan paling unik karena membawa pendukung layaknya penonton sepak bola di Liga Indonesia yang membawa perlatan musik seperti bass drum, dan percussion drum.

Para pendukung yang terlihat usianya sama dengan pesepak bola santri langsung duduk dan mengambil posisi di pinggir lapangan, para suporter rela duduk di tanah terbuka menjadi satu dan melekat dengan rerumputan yang sudah kering di tanah.

Selain mengumandangkan lagu Selawat Badar yang dinyanyikan a la suporter, bukan dengan cara menyanyikan dengan khidmat. Sesekali para suporter mengganti dengan lagu Selawat Badar dengan lagu bernuansa religi islam lainnya.

“Eling-eling siro manungso, elingono sholat ngaji, mumpung durung ketekanan malaikat juru pati, Panggilane Kang Moho Kuoso, gelem ora bakal digawa diturokno ndek padusan, diadusi banyu kembang disalini sandhangan putih, yen wes budhal ora biso mulih tumpakane kereta dawa, roda papat rupa menungsa,” demikian sepenggal lirik selawat berbahasa jawa yang mereka juga dendangkan.

Artinya apabila diterjemahkan ke bahasa Indonesia adalah "Ingatlah wahai manusia, ingatlah salat dan mengaji, selagi belum kedatangan malaikat pencabut nyawa. Panggilan Yang Maha Kuasa, mau tidak mau bakal ditidurkan di padusan (tempat memandikan jenazah)."

Namun menjelang pertandingan selesai, para suporter terlihat mulai tidak lagi memainkan alat musik dan mencermati perjuangan para pemain Nur Iman. Salah satu dari mereka berteriak, “suporter Nur Iman ngelak, ora ono ngombe,” kata salah satu suporter yang diselingi gelak tawa suporter dan ofisial Ponpes Nur Iman lainnya.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home