Loading...
RELIGI
Penulis: Trisno S Sutanto 12:10 WIB | Selasa, 05 November 2013

Sidang WCC: Olav Fyske Tveit, Air Adalah Hak Asasi Manusia

Sidang WCC: Olav Fyske Tveit, Air Adalah Hak Asasi Manusia
Olav Fyske Tveilt, Sekjen WCC, sedang menuang air (Foto-foto: Trisno S. Sutanto)
Sidang WCC: Olav Fyske Tveit, Air Adalah Hak Asasi Manusia
Prof. Dr. Din Syamsuddin (kedua dari kiri) bersama Olav Fyske Tveilt dan tokoh agama lain berbagi dan menuangkan air.

BUSAN, SATUHARAPAN.COM – Air merupakan simbol utama agama-agama. Hampir setiap agama memiliki pandangan teologis yang sangat mendalam mengenai peran air. Tetapi, kelangkaan air juga bisa memicu konflik dan mengancam perdamaian sehingga gereja-gereja perlu memperjuangkan hak atas air sebagai bagian dari misinya.

Pernyataan itu dikemukakan Dr. Olav Fyske Tveit, Sekjen WCC (World Council of Churches) kemarin (4/11) kepada Trisno S. Sutanto, wartawan satuharapan.com, seusai menuangkan air dalam acara Water for Peace di kompleks “Inn-Spire” Madang Sidang Raya ke-10 WCC. Selain Olav, ikut juga menuangkan air berbagai tokoh agama, termasuk Prof. Dr. Din Syamsuddin, ketua PP Muhammadiyah, Jakarta, yang diundang khusus untuk menghadiri Sidang Raya itu.

Masing-masing tokoh agama, mulai dari Hindu, Buddha, Islam, Yudaisme, sampai Kristen berbagi dan menuangkan air ke tempat yang sama. Mereka juga diminta membaca komitmen bersama, bahwa konflik sumber daya air dewasa ini merupakan ancaman besar terhadap perdamaian. Oleh karena itu, tokoh-tokoh agama berjanji untuk memulihkan makna kultural dan religius air, serta berjuang bersama demi water justice.

“Air merupakan simbol yang sangat religius dan kita semua membutuhkannya demi hidup kita,” kata Olav. “Dan kita sadar bagaimana air bersih dewasa ini makin langka karena polusi maupun monopoli sekelompok kalangan. Padahal air adalah bagian dari hak asasi manusia. Setiap orang seharusnya memiliki akses bebas untuk mendapat air bersih.”

WCC sendiri sudah lama memperjuangkan hak atas air bersih itu melalui berbagai lembaga maupun jaringan yang dimiliki, seperti Ecumenical Water Network. “Saya melihat perjuangan demi air bersih ini merupakan misi gereja-gereja. Juga agama-agama,” tegas Olav.

Ia mengingatkan, akses bagi air bersih bukan saja terkait dengan perjuangan keadilan, namun juga perdamaian. “Makin langkanya sumber air bersih dapat memancing konflik antar-kelompok, dan itu bisa mengancam perdamaian,” lanjut Olav. “Itu sebabnya gereja-gereja dan agama-agama terpanggil untuk memperjuangkan hak atas air bersih bagi semua orang.”


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home