Loading...
FOTO
Penulis: Sabar Subekti 13:48 WIB | Kamis, 31 Oktober 2013

Sidang WCC: Pengakuan Akan Sakit Akibat Konflik dan Kerinduan pada Keadilan dan Perdamaian

Sidang WCC: Pengakuan Akan Sakit Akibat Konflik dan Kerinduan pada Keadilan dan Perdamaian
Peserta dari Asia menaburkan abu di kepala menggambarkan sakit akibat konflik dan kuatnya kerinduan akan perdamaian.
Sidang WCC: Pengakuan Akan Sakit Akibat Konflik dan Kerinduan pada Keadilan dan Perdamaian
Pertunjukan seni dengan musik dan drama yang menceritakan kisah sejarah misi nasional dan Kristen di Korea. Pementasan dimulai dengan solo suling bagaikan memanggil semua orang di fajar pagi yang tenang.
Sidang WCC: Pengakuan Akan Sakit Akibat Konflik dan Kerinduan pada Keadilan dan Perdamaian
Kisah nasional Korea juga termasuk periode konflik dan perang yang digambarkan melalui nyanyian, tarian dan drama yang menggambarkan sakit akibat konflik dalam periode penjajahan Kekaisaran Jepang, perayaan kemerdekaan dan perang Korea (1950 -1953).
Sidang WCC: Pengakuan Akan Sakit Akibat Konflik dan Kerinduan pada Keadilan dan Perdamaian
Empat pemuda dari Siprus, Brasil, Afrika Selatan dan Fiji berbicara tentang tantangan yang dihadapi oleh negara mereka. Mereka meminta sidang bertindak bagi reunifikasi di negara-negara yang terbelah.
Sidang WCC: Pengakuan Akan Sakit Akibat Konflik dan Kerinduan pada Keadilan dan Perdamaian
Majelis, delegasi luar negeri dan peserta dari Korea bergandengan tangan di panggung di akhir acara pembukaan, menandai semangat ekuminis.

 BUSAN, SATUHARAPAN.COM – Pembukaan sidang raya Dewan Gereja-gereja Dunia (World Council of Churches / WCC) di Busan, Korea Selatan diwarnai seruan untuk penyatuan (reunifikasi) Semenanjung Korea dan juga mengeskpresiden harapan bagi perdamaian di seluruh dunia.

Sebanyak 3.500 peserta dari 345 gereja di seluruh dunia yang mewakili keragaman denominasi dan tradisi kekristenan bergabung di Busan. Mereka bersama untuk sebuah sidang gereja yang paling beragam di dunia, dan lebih disebut sebagai ziarah spiritual di bawah tema doa: “Tuhan Kehidupan, bimbing kami menuju keadilan dan perdamaian.

Dalam pembukaan sidang itu, Perdana Menteri  Korea Selatan, Chung Hong-won  mengungkapkan,  "Saya memahami bahwa dasar kekristenan adalah kasih. Dan saya percaya, kasih akan memampukan kita mengupayakan perdamaian. Dalam kaitan ini, saya berharap pada persidangan ini untuk merangkul seluruh dunia ke dalam perdamaian dunia…”

Dia juga menyampaikan terima kasih atas apa yang dilakukan WCC bagi perdamaian di Semenanjung Korea,  seperti disampaikan Sekretaris Umum Pesekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Gomar Gultom.

“Kami mengucapkan terimakasih kepada WCC yang telah melakukan banyak hal dalam mengupayakan perdamaian di Semenanjung. Sidang raya ini bersamaan dengan peringatan 60 tahun keterpisahan Korea. Kami-lah negeri yang paling merindukan perdamaian saat ini, dengan ketegangan di Semenanjung,” kata dia.

“Terimakasih atas upaya-upaya gereja selama ini untuk mempersatukan kedua Korea. Anda sebagai delegasi yang hadir, juga sangat membantu dalam hal ini...” kata dia menegaskan.

Pada hari pertama, setelah pembukaan, Rabu (30/10) acara bersama diisi nyanyian pujian, tarian dan drama yang menjadi perekat tema dalam sidang ke-10 ini. Bahkan sebuah drama ditampilkan menggambarkan rasa sakit akibat konflik di Korea sejak penjajahan Jepang, perang kemerdekaan, dan terpecahnya Semenanjung Korea menjadi dua.

Hal itu sekaligus menggambarkan kerinduan gereja atas persatuan, keadilan perdamaian di dunia. Berikut ini, foto-foto dari pembukaan sidang raya tersebut yang diperoleh dari situr WCC: oikoumene.org.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home