Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Kartika Virgianti 07:08 WIB | Rabu, 12 November 2014

Soal Pelarangan Motor, Basuki Siap Dimarahi Masyarakat

Bus tingkat gratis untuk pengendara sepeda motor yang memarkirkan kendaraannya. (Foto: Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mengaku siap mengambil kebijakan tidak poluler dengan melarang pengendara motor melintasi jalan sepanjang Bunderan HI sampai Medan Merdeka Barat, bahkan ia siap jika ada masyarakat yang marah kepadanya.

“Memang tidak ada pilihan, karena yang meninggal pengendara motor di Jakarta saja tiap hari 2-3 orang, yang rata-rata adalah tulang punggung keluarga, masih muda dan anaknya masih kecil-kecil. Mereka naik motor dari pinggir kota, sampai di tengah kota ini sudah begitu padat, orang terlalu penat naik motor, jadi mau tidak mau kita paksa supaya berhenti, dan naik bus tingkat saja, lebih santai, makanya kita sediakan juga bus tingkat gratis,” urai pria yang akrab disapa Ahok ini di Balai Kota, Selasa (11/11).

“Kamu mau marah pada saya terserah, saya tidak mau ada korban kecelakaan motor lagi. Orang terlalu capek kalau naik motor, misalnya dari Bekasi, Depok, sudah macet-macetan, bawa motor sampai tengah kota sudah siang panas. Apalagi psikologi orang naik motor maunya mendahului kendaraan di depannya, kalau kesenggol setangnya saja, bisa celaka,” ujarnya menambahkan.

Dia menyadari memang keputusan ini tidak populer, dengan melarang motor pasti banyak orang yang marah. Basuki memprediksikan selama 2015 akan ada banyak gesekan, karenaini adalah kebiasaan sehari-hari yang sekonyong-konyong dilarang. Namun dia masih optimis bahwa gesekan itu hanya akan terjadi lebih kurangnya setahun, dan pada 2016 bisa lebih baik.

“Saya tidak larang motor lho, anda boleh pakai motor, tapi sampai di tengah kota ini tolong parkir motor kamu, masuk ke bus ada AC, ada wifi kamu tinggal duduk, nah konsepnya seperti itu,” dia menjelaskan.

Terkait pengawasannya, menurut Basuki pihak kepolisian sudah sangat komitmen untuk menjaga di pos. Hanya saja yang belum sepenuhnya berkomitmen adalah Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

“Saya tidak melihat petugas Dishub nongkrong-nongkrong di pos, ke mana tuh Dishub. Kalau Polantas kan jelas bisa dikontak pakai call sign untuk mencari tahu posisi masing-masing petugas yang jaga. Makanya kita kerja sama dengan Google Waze (aplikasi di Android dan iOS untuk menampilkan tingkat kemacetan pada peta), ditambah bantuan dari lurah dan camat sebagai manajer wilayah, jadi bisa dikontrol dengan baik, tahun depan lah bisa kelihatan jalan atau tidak,” urai Basuki.

Setelah dilarangnya motor lewat Bunderan HI sampai Medan Merdeka Barat, dan  jumlah bus tingkat ditambah, kebijakan ini akan diperluas ke Kuningan, Kota Tua, Gajah Mada, Hayam Wuruk, sampai ke Blok M. Sementara tempat parkir bisa pakai semua gedung di sekitar dengan tarif parkir yang sama. Basuki pun menyatakan bahwa semua gedung sudah setuju dengan kebijakan ini.

 

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home