Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 20:13 WIB | Selasa, 24 Februari 2015

Sofyan Djalil Akui Pemerintah All Out Tangani Harga Beras

Menko Perekonomian Sofyan Djalil menjumpai para pewarta setelah acara Economic Events Indonesia, di Hotel SHangri-La, Jakarta, Rabu (11/2). (Foto: Prasasta)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengemukakan pemerintah maksimal dalam pengelolaan distribusi beras.

"Kita all out untuk menggelontorkan sebanyak mungkin, kalau perlu cadangan Bulog kita digelontorkan. Memang ada wacana perubahan sistem raskin (beras miskin), tapi ini masih kita pelajari, yang penting raskin tertunda kita digelontorkan," kata Sofyan di Jakarta, Selasa (24/2).

Menteri asal Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ini mengharapkan kenaikan harga beras di berbagai daerah tidak mengganggu laju inflasi pada Februari, karena pemerintah telah menyiapkan antisipasi terkait pengadaan komoditas tersebut.

"Harga beras bisa memengaruhi inflasi secara signifikan, untuk itu pemerintah serius menangani masalah kenaikan harga beras," Sofyan menambahkan.

Sofyan mengakui kenaikan harga beras ini terjadi karena ada kelangkaan suplai, padahal stok beras Bulog masih memadai yaitu mencapai 1,4 juta ton hingga April. Untuk itu, masalah terhambatnya pasokan ini diharapkan segera teratasi.

"Hari ini raskin (beras miskin) mulai digelontorkan 300 ribu ton. Bulog harus menjamin suplai. Jangan sampai terjadi kekurangan suplai, karena para spekulan berpikir kalau suplai kurang, maka mereka menaikkan harga," kata Sofyan.

Sofyan menambahkan terhadap tindakan spekulasi yang bisa meningkatkan harga beras seperti penimbunan, maupun pengadaan beras secara ilegal melalui penyelundupan, akan dilakukan penindakan hukum atas upaya pelanggaran itu.

“Kalau ada, kita tangkap. Lagi pula kalau dia tahan-tahan (harga), akan rugi sendiri. Kita pastikan akan gunakan cadangan Bulog yang ada (untuk mengatasi masalah ini), kalau perlu impor, tapi kita belum memutuskan impor,” kata Sofyan.

Meskipun harga beras mengalami kenaikan, namun kondisi ini ternyata tidak diikuti oleh kenaikan harga komoditas pangan lainnya, sehingga timbul dugaan kenaikan harga beras tersebut diakibatkan oleh ulah pedagang yang menimbun stok.

Pemerintah mengharapkan ulah spekulan itu tidak mengganggu tingkat inflasi Februari 2015, yang awalnya diprediksi rendah seperti laju inflasi Februari 2014 yang tercatat pada Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 0,26 persen. (Ant).

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home