Loading...
INDONESIA
Penulis: Eben E. Siadari 14:22 WIB | Senin, 19 September 2016

Studi: 100.000 Tewas Akibat Kebakaran Hutan di RI

Kapolri Jenderal Tito Karnavian (tengah) didampingi Kapolres Kampar AKBP Edi Sumardi (dua kiri) ketika meninjau langsung kebakaran hutan dan lahan di Desa Rimbo Panjang, Kampar, Riau, Senin (29/8). Dalam kunjunganya Kapolri menegaskan jika memang ada korporasi yang terbukti melakukan pembakaran lahan pihaknya akan menindak tegas sesuai hukum. (Foto: Antara)

WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM -  Sebuah studi yang menghitung probabilitas kematian dini akibat terpapar asap oleh kebakaran hutan di Indonesia pada 2015 menemukan jumlahnya dapat mencapai lebih dari 100.000 orang.

Perhitungan yang mengagetkan ini muncul dari penelitian Universitas Harvard dan Universitas Columbia, AS, yang akan diterbitkan dalam jurnal Environmental Research Letters. Sejumlah media internasional seperti The Washington Post melansirnya hari ini (19/9).

Studi bersama yang dirilis pada hari Senin merupakan pukulan lebih lanjut atas klaim pemerintah Indonesia yang selama ini menyatakan bahwa kebakaran hutan hanya menewaskan sedikit orang.

Para peneliti memperkirakan probabilitas kematian akibat kebakaran hutan di Indonesia pada 2015 sebesar 91.600 orang. Mereka meninggal sebelum waktunya karena kabut yang menyelimuti sebagian Nusantara selama September, Oktober dan November tahun lalu.

Sementara itu probabilitas jumlah kematian penduduk  Singapura dan Malaysia diperkirakan 2.200 dan 6.500 oleh penyebab yang sama dan waktu yang sama.

Para peneliti menggunakan model komputer untuk memastikan di mana paparan asap di tertinggi. Setelah ditemukan, tes standar terhadap dampak kesehatan  dilakukan untuk memperkirakan jumlah kemungkinan kematian dini akibat kebarakaran itu.

Penelitian ini memberikan catatan bahwa tanpa penelitian lapangan, jumlah perkiraan ini tidak tepat, dan bisa berbeda sebanyak 75.000 lebih banyak atau lebih sedikit dari yang sebenarnya.

Sejumlah pakar yang dimintai komentarnya atas studi ini memberikan tanggapan hati-hati.

Sarah Henderson, seorang ilmuwan senior di University of British Colombia (tidak termasuk dalam peneliti pada laporan ini), memberikan komentar bahwa  100.300 kematian akibat kebakaran hutan pada tahun 2015  merupakan perkiraan yang konservatif.

Pada tahun 2012, Henderson melakukan salah satu studi awal utama dalam kematian yang diakibatkan asap kebakaran global. Dari penelitiannya ditemukan bahwa rata-rata angka kematian global akibat asap kebakaran hutan adalah sekitar 339.000 per tahun.

"Ini adalah salah satu peristiwa yang paling ekstrem yang pernah diamati, dan itu mempengaruhi daerah yang sangat padat penduduk," kata dia.

Ia menambahkan, secara total, kabut asap di Indonesia membunuh lebih banyak orang dibanding sejumlah bencana alam terburuk abad ini. Asap kebakaran hutan di Indonesia diperkirakan lima puluh kali lebih mematikan daripada Badai Katrina, yang melanda New Orleans pada tahun 2005.

Sejumlah pakar yang dimintai komentar atas studi ini berhati-hati memberikan tanggapan.  Rajasekhar Bala, seorang ahli teknik lingkungan di National University of Singapore, salah satu dari lima ahli yang diminta mengkaji penelitian ini oleh The Associated Press, menganggap ini adalah penelitian awal yang memiliki tugas sangat menantang. Penelitian ini, menurut dia, berfungsi sebagai peringatan awal untuk mengambil tindakan tegas di Indonesia untuk mencegah pembakaran hutan.

"Polusi udara, terutama yang disebabkan oleh partikel halus atmosfer, memiliki implikasi serius bagi kesehatan manusia," katanya.

Studi ini menemukan probabilitas statistik kematian dini akibat kebakaran hutan pada tahun 2015 adalah berkisar dari 26.300 dan 174.300. Dari rata-rata kedua angka inilah ditemukan angka 100.000.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home