Loading...
RELIGI
Penulis: Endang Saputra 16:58 WIB | Senin, 01 Agustus 2016

Survei Wahid Foundation: Potensi Radikalisme di Indonesia Minim

Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid dalam acara pembukaan yang berlangsung di Hotel Rancamaya Bogor Jawa Barat, hari Senin (1/8). (Foto: Endang Saputra)

BOGOR, SATUHARAPAN.COM –  Wahid Foundation meluncurkan laporan hasil survei nasional "Potensi Radikalisasi dan Intoleransi Sosial-Keagamaan di Kalangan Muslim di Indonesia” yang  bekerja sama dengan Lembaga Survei Indonesia (LSI). Hasil survei yang melibatkan 1.520 responden dari seluruh Indonesia ini menunjukkan potensi radikalisme di Indonesia masih minim.

“Survei ini membantu kami dalam mengidentifikasi faktor-faktor sosial keagamaan yang mempengaruhi persepsi intoleransi dan radikalisme di masyarakat." kata Manajer Riset Program Prioritas, Wahid Foundation Aryo Ardi Nugroho.

Hasil survei menunjukkan 72 persen dari sebagian besar responden menyatakan tidak bersedia untuk bersikap radikal. Sementara 7,7 persen responden menyatakan bersedia berpartisipasi serta 0,4 persen dari total responden mengaku pernah berpartisipasi dalam kegiatan yang berpotensi melibatkan kekerasan atas nama agama seperti melakukan sweeping, berdemonstrasi dan menentang kelompok yang dinilai menodai dan mengancam kesucian Islam atau melakukan penyerangan terhadap rumah ibadah pemeluk agama lain.

Menurut Aryo faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap kenderungan intoleransi dan radikalisme terutama adalah pemahaman agama Islam yang bersifat literalis atau harafiah.

“Apalagi jika pemahaman tersebut diberi ruang publik dalam bentuk ceramah atau pengajaran keislaman," kata dia.

Selain itu, Aryo juga mencermati 74,5 persen responden menganggap bahwa demokrasi masih merupakan bentuk pemerintahan yang paling baik dan 82,3 persen responden masih menilai Pancasila dan UUD 1945 adalah dasar untuk kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Berdasarkan survei ini Wahid Foundation merekomendasikan pentingnya penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama termasuk pelaku tindakan ujaran kebencian (hatred speech) di muka umum," kata dia.

Aryo menilai, Pemerintah Daerah (Pemda) merupakan ujung tombak negara untuk memastikan perlindungan kebebasan beragama dan berkeyakinan warga negara untuk mengatasi kecenderungan intoleran di kalangan umat Islam, diperlukan lebih banyak narasi damai yang disebarkan melalui berbagai kampaye yang sejuk sekaligus progresif.

Wahid Foundation menyelenggarakan acara Halaqah Ulama serta Tokoh Muda Islam Indonesia bertema "Penguatan Toleransi dan Gerakan Merespon Ekstremisme". Kegiatan ini diikuti oleh 35 peserta yang terdiri dari ulama serta tokoh muda Islam yang akan mengkaji dan merumuskan pesan-pesan Islam sebagai agama toleran berdasarkan khazanah ilmu pengetahuan dan hukum Islam.

“Indonesia perlu menyebarkan lebih banyak pesan Islam damai yang sebenarnya itu merupakan modal dasar bagi kita dalam berbangsa dan mengelola kehidupan beragama di Indonesia," kata Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid dalam acara pembukaan yang berlangsung di Hotel Rancamaya Bogor Jawa Barat, hari Senin (1/8).

Acara tersebut dihadiri oleh Kepala Kantor Staf Kepresidenan Teten Masduki, Minister counsellor Political and Diplomacy dari Kedutaan Australia Dr Bradley Amrmstrong PSM dan BNPT diwakili oleh Arif Dharmawan.

 

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home