Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 13:30 WIB | Selasa, 02 Agustus 2016

Temu Kunci, Herbal Antikanker

Temu kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlecht.). (Foto: ebay.com)

SATUHARAPAN.COM - Sayur bening termasuk salah satu menu yang paling sering disajikan di rumah tangga di Indonesia. Selain mudah membuatnya, bumbunya minimalis, juga banyak manfaatnya, terutama jika di rumah ada yang sedang sakit tenggorokan atau sakit pencernaan. Sayur bening bayam identik dengan temu kunci, bumbu penyedap yang memberikan aroma khas.

Hernani dan Rahardjo, dalam studinya yang dimuat dalam ums.ac.id, menyebutkan herbal tanaman obat mempunyai daya aktivitas antioksidan lebih tinggi bila dibandingkan dengan buah dan sayur. Demikian pula temu kunci menurut JH Sohn dan tim, seperti dikutip dari ums.ac.id, temu kunci mengandung panduratin A, yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker. Panduratin A melindungi dan memperbaiki kerusakan oksidatif dengan menangkap radikal bebas.

Tanaman temu kunci memiliki bahasa ilmiah Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlecht., dengan sinonim Gastrochilus panduratum (Roxb.) Schult. Dalam bahasa Inggris, tanaman ini dikenal dengan nama chinese key. Di daerah penyebarannya, temu kunci dikenal dengan nama lokal Krachai (Thailand) dan suo shi atau ow sun zhiang (Tiongkok).

Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama daerah, koncih (Sumatera), tamu kunci (Minangkabau), konce (Madura), kunci (Jawa Tengah), dumu kunci (Bima), tamu konci (Makasar), tumu kunci (Ambon), anipa wakang (Hila-Alfuru), aruhu konci (Haruku), sun (Buru), rutu kakuzi (Seram), tamputi (Ternate).

Tumbuhan ini banyak ditemukan di hutan lebat hingga ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Penyebaran dimulai dari Yunnan ke selatan hingga Indonesia, dan ke barat hingga India dan Sri Lanka.

Awalnya, temu kunci adalah tumbuhan liar, yang lalu dikembangbiakkan sebagai satu komoditas tersendiri di kawasan Indochina, hingga tersebar di daerah Asia, termasuk Indonesia (terutama di Pulau Jawa).

Temu  kunci, menurut crc.farmasi.ugm.ac.id adalah herba rendah, merayap di dalam tanah. Dalam satu tahun pertumbuhannya 0,3-0,9 cm. Batangnya merupakan batang asli di dalam tanah sebagai rimpang, berwarna kuning cokelat, aromatik, menebal.

Batang di atas tanah berupa batang semu (pelepah daun). Daun tanaman ini pada umumnya 2-7 helai. Daun bawah berupa pelepah daun berwarna merah tanpa helaian daun. Tangkai daun tanaman ini beralur, tidak berambut. Lidah-lidah berbentuk segitiga melebar, menyerupai selaput. Helai daunnya tegak, bentuk lanset lebar atau agak jorong. Ujung daun runcing, permukaan halus, tetapi bagian bawah agak berambut terutama sepanjang pertulangan. Warna helai daun hijau muda.

Selain di Indonesia, ternyata negara lain juga banyak yang memanfaatkan temu kunci. Di Thailand, rimpang temu kunci biasa digunakan sebagai bumbu masak. Selain itu, tanaman ini juga digunakan sebagai obat afrodisiak, disentri, antiinflamasi, kolik, serta untuk menjaga kesehatan tubuh.

Di Malaysia, rimpang temu kunci digunakan sebagai sebagai obat sakit perut dan dekoksi pada wanita pasca melahirkan.

Manfaat  Herbal Temu Kunci

Senyawa kimia yang terkandung dalam temu kunyit yakni minyak atsiri (terdiri atas kamfer, sineol, metil sinamat, dan hidromirsen), d-borneol,d-pinen sesquiterpen, kurkumine, tanninf, saponing, dan flavonoid.

Secara umum, menurut Plantus, seperti dikutip dari umy.ac.id, masyarakat   menggunakan rimpang temu kunci sebagai peluruh dahak atau untuk  menanggulangi  batuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan  sariawan, bumbu masak, dan pemacu keluarnya air susu ibu (ASI). Minyak atsiri rimpang temu kunci juga berefek pada pertumbuhan Entamoeba coli, Staphyllococus aureus, dan Candida albicans,serta menghambat bakteri isolat penyakit Orf (Ektima kontagiosa).

Selain itu, minyak atsiri dapat berefek pada pelarutan batu ginjal kalsium secara in vitro. Ekstrak rimpang  menurut Goenadi DH, yang larut dalam etanol dan aseton juga berefek sebagai antioksidan pada percobaan dengan minyak ikan sehingga mampu menghambat proses ketengikan.

Penelitian  yang dilakukan oleh tim peneliti dari Jurusan Praklinis, Fakultas Kedokteran, Universitas Thammasat, Pathum Thani, Thailand, menyebutkan ekstrak etanol temu kunci berpotensi menyembuhkan luka dan mengandung antioksidan. 

Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Mahmood Ameen, Malaya, yang telah meneliti khasiat temu kunci dalam mengobati penyakit sirosis hati pada tikus. Hasilnya menunjukkan kemampuan ekstrak temu kunci  dalam mengobati penyakit sirosis hati, dan perlu penelitian  lanjutan  untuk mengeksplorasi pentingnya potensi farmakologis dalam mengobati sirosis hati pada manusia.

Tim dari Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC), Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, seperti dikutip dari crc.farmasi.ugm.ac.id, meneliti potensi panduratin A dalam rimpang temu kunci sebagai agen kokemoterapi. Ekstrak metanolik dari rimpang temu kunci mempunyai efek antimutagenik pada uji Amest tes. Panduratin A berpotensi dikembangkan sebagai agen kokemoterapi, khususnya untuk meningkatkan efektivitas terapi pada kanker kolon.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home