Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 06:05 WIB | Senin, 23 Maret 2015

Tiga Musikus Muda Bersaudara Memaknai Musik

Dari kiri, Mada Emmanuelle, Mikha Angelo, dan Reuben Nathaniel (The Overtunes) di Plaza Semanggi, Sabtu (21/3) malam. (Foto: Francisca Christy Rosana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Musik sebagai puisi kehidupan tentu memiliki arti tersendiri bagi tiap-tiap orang. Tak terkecuali grup musik The Overtunes yang menaungi tiga musikus bersaudara, Mikha Angelo, Reuben Nathaniel, dan Mada Emmanuelle, musik pun memiliki makna sendiri bagi ketiganya.

Mikha yang pernah berhasil melaju di empat besar salah satu ajang pencarian bakat menganggap musik adalah media penyalur opini kepada orang lain yang lebih mudah diterima.

“Susah untuk menyampaikan opini ke orang kecuali melalui musik. Kadang-kadang kalau mau memberi pesan ke orang sebanyak mungkin, ya paling bagus lewat musik,” ujar Mikha saat ditemui satuharapan.com di Plaza Semanggi, Jakarta, Sabtu (21/3) malam.

Musik pun baginya ialah alat untuk menghibur diri di tengah kebosanan terhadap rutinitas yang sehari-hari harus dilaluinya.

“Jadi musik itu seperti sumber spirit. Musik juga sebagai tempat untuk mengekspresikan diri,” pria berusia 17 tahun itu menjelaskan.

Lain halnya dengan Reuben, musik baginya adalah penyalur ide dan tempat manusia belajar kehidupan.

“Saya bisa belajar hidup dari musik. Jadi kita bisa belajar musik dari kehidupan dan belajar kehidupan dari musik. Pribadi orang juga bisa ditebak dari caranya bermain musik,” ujar Reuben.

Sementara bagi Mada, musik adalah teman hidup.

Musik pun dianggap lebih bisa berbicara daripada dibandingkan perkataan orang .

“Dampaknya pun bisa mendunia, cepat diterima ke pendengar. Kalau misalnya kami kirim sesuatu yang positif ya dunia kami jadi positif juga,” kata Mada.

Idealisme Bermusik

Tak hanya dapat mengartikan musik dengan persepsi masing-masing, The Overtunes juga menganggap idealisme itu sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap musikus.

“Idealisme itu benar-benar menjadi buah pikiran yang ingin kita transfer ke orang. Musik adalah wadah kreativitas kita. Yang namanya idealisme jadi penting bagi kita semua. Apa yang kita hasilkan nantinya adalah produk yang akan dinikmati orang. Kalau idealisme diblokir, itu berarti menghalangi karya,” kata Mada.

Sementara itu, Mikha menggambarkan idelisme bermusik layaknya prinsip hidup yang selalu dipegang oleh tiap orang.

“Idealisme sama seperti identitas. Kalau idealisme nggak ada, berarti hidup kita nggak berprinsip. Kalau idealisme nggak ada sama artinya kita jadi seperti orang lain,” ujar Mikha.

Setali tiga uang dengan kedua saudaranya, Reuben pun menyetujui idelisme sangat penting dimiliki para musikus. Idealisme sudah jadi seperti tuntutan, katanya.

“Jadi musikus ya memang harus idealis, tapi yang penting tidak fanatik,” kata Reuben. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home