Loading...
INDONESIA
Penulis: Endang Saputra 07:03 WIB | Rabu, 18 Mei 2016

TNI Dapat Apresiasi dari Brunei dan Singapura

Ilustrasi: Latihan Bersama (Latma) Defence Minister Meeting (ADMM) Plus Maritime Security Task Force Head Quarter dan Maritime Security Exercise Planning Control Team (EPCT). (Foto: Puspen TNI)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Keikutsertaan prajurit TNI, khususnya unsur KRI Sultan Iskandar Muda-367, prajurit Denjaka yang onboard, dan prajurit Sat-81 Gultor Kopassus dalam Latihan Bersama Defence Minister Meeting (ADMM) Plus Maritime Security Task Force Head Quarter dan Maritime Security Exercise Planning Control Team, mendapat pengakuan dan apresiasi baik dari prajurit Angkatan Bersenjata negara Brunei Darussalam dan Singapura.

Waasops Panglima TNI Laksma TNI Hadjo Susmoro mengemukakan hal itu, ketika bertindak sebagai inspektur upacara pada Upacara Penerimaan Satuan Tugas (Satgas) Latihan Bersama (Latma) Defence Minister Meeting (ADMM) Plus Maritime Security Task Force Head Quarter dan Maritime Security Exercise Planning Control Team (EPCT) di Dermaga JITC Pelindo 2, Jakarta Utara, pada hari Selasa (17/5).

Menurut Waasops Panglima TNI, latihan bersama yang telah dilaksanakan 18 negara itu merupakan upaya untuk mengantisipasi, menjawab, dan memberikan aksi nyata dalam lingkup kerja sama multinasional terhadap tantangan dan ancaman nontradisional (non-conventional threats) yang berupa aksi terorisme, keamanan maritim, dan perompakan laut.

“Kemajuan teknologi sebagai salah satu dari hasil perkembangan riset inovasi baru, tidak dimungkiri telah memberikan kemajuan pada kehidupan manusia. Namun, pada sisi lain, teknologi juga telah mendorong terjadinya pergeseran hakikat ancaman ke arah berkembangnya ancaman nontradisional, dan berbentuk asimetris,” kata Hadjo Susmoro.

“Ancaman non-tradisional tersebut telah berkembang menjadi kejahatan lintas negara yang menuntut kita semua untuk merespons dengan sungguh-sungguh,” dia menambahkan.

Pada akhir sambutannya, ia juga menyampaikan, memerangi aksi terorisme dalam konteks bilateral dan regional memerlukan kerja sama yang terkoordinasi secara strategis dan komprehensif. “Dalam hubungan lintas angkatan bersenjata atau lintas nasional, dan secara simultan bersifat preemtif, preventif, represif dan prasyarat kemampuan yang harus dimiliki oleh satuan dan prajurit TNI,” kata dia. (PR)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home