Turki: Pulihkan Hubungan dengan Suriah, Tapi Al-Assad Harus Pergi
ANKARA, SATUHARAPAN.COM – Perdana Menteri Turki, Binali Yildirim, berjanji akan memulihkan hubungan negaranya dengan Suriah, hari Rabu (13/7). Dia mengatakan hal itu setelah Turki mencapai kesepakatan hubungan diplomatik dengan Israel, dan tengah memulihhan hubungan diplomatik dengan Rusia.
Namun demikian, seperti dikutip media Ingris, BBC, Yildirim pada kamis (14/7) mengatakan bahwa sebelum pihak Turki berubah, Suriah harus berubah dengan Presiden Bashar Al-Assad harus pergi.
"Ini adalah untuk memastikan bahwa sesuatu perlu berubah di Suriah, dan di atas semua itu Al-Assad harus pergi dulu," kata Yildirim pada Program HARDtalk BBC.
Yildirim, seperti dikutip kantor berita Turki, Anadolu, mengatakan, "Kami akan memperluas lingkaran persahabatan sejauh mungkin. Ini adalah tujuan kami. Kami memperluas lingkaran persahabatan di dalam dan luar negeri.’’
‘’Kami sudah mulai melakukan hal ini. Kami telah memulihkan hubungan kami dengan Israel dan Rusia. Saya yakin bahwa kami akan kembali memulihkan hubungan dengan Suriah juga. Kami perlu itu. Suriah dan Irak perlu mencapai stabilitas untuk sukses dalam memerangi teror," kata Yildirim pada pertemuan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa di Turki.
Sebelumnya Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, berjanji untuk memberikan kewarganegaraan Turki bagi pengungsi asal Suriah yang mengajukan aplikasi dan memenuhi syarat. Pernyataan pada 2 Juli ini telah menimbulkan perdebatan di parlemen.
Turki telah menghadapi akibat dari perang saudara di Suriah yang telah lima tahun lebih berkecamuk. Bukan hanya arus jutaan pengungsi dari Suriah masuk ke Turki, tetapi juga sejumlah serangan teror oleh kelompok pemberontak Kurdi di Turki dan serangan teror oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS atau ISIS) terjadi di negara itu.
Yildirim menyakinkan bahwa suatu hari akan memulihkan hubungan dengan Suriah. Namun masih ada masalah di Suriah. "Di satu sisi ada Assad, di sisi lain ada Daesh (sebutan dalam bahasa Arab untuk ISIS-Red.). Jika Anda bertanya kepada saya harus memilih antara Al-Assad atau Daesh, kami tidak bisa memilih salah satu dari mereka. Mereka berdua harus pergi," kata Yildirim.
Dia mengatakan bahwa sekalipun ISIS disingkirkan dari Suriah, masalah di negeri itu tidak akan selesai jika Assad akan tetap berkuasa, dan organisasi teror lain akan datang. ‘’Sikap rezim Al-Assad yang menciptakan Daesh; rezim itu yang menempatkannya di Suriah..., " kata Yildirim.
Susu Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebuah studi baru, para peneliti menemukan bahwa konsumsi susu yang tidak...