Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 09:12 WIB | Kamis, 24 November 2016

Uni Eropa Bekukan Pembicaraan Keanggotaan Turki

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. (Foto: dok/Ist)

ISTANBUL, SATUHARAPAN.COM - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, protes atas sikap Uni Eropa yang membekukan pembicaraan keanggotaan Turki di Uni Eropa.

Dia mengatakan bahwa keputusan Parlemen Eropa yang menetapkan untuk kembali membekukan perundingan keanggotaan Turki di Uni Eropa sebagai tindakan keras yang tidak ada nilainya.

Pemungutan suara di Parlemen Eropa pada pekan ini meningkatkan eskalasi ketegangan antara Uni Eropa dan Turki sejak kudeta gagal pada 15 Juli lalu.

Negara-negara Uni Eropa, kecuali Austria, menangguhkan pembicaraan tentang keanggotaan Turki sebagai peringatan dan protes atas penahanan lebih dari 37.000 orang Tukri yang dituduh terkait dengan kudeta tersebut.

‘’Saya ingin mengatakan di sini dan seluruh dunia yang menonton televisi mereka, ini tidak memiliki nilai sama sekali, tidak peduli apa hasilnya nanti,’’ kata Erdogan, hari Rabu (23/11) seperti dikutip AFP. Erdogan berbicara  dalam pertemuan negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, Turki.

Kelompok utama Parlemen Eropa pada hari Selasa (22/11) mengatakan mereka memilih untuk membekukan pembicaraan keanggotaan Turki, karena tindakan keras yang dilakukan pemerintah Erdogan terhadap orang-orang yang diduga terlibat kudeta.

Turki dan Uni Eropa telah sepakat untuk mempercepat pembicaraan keanggotaan Turki setelah kedua pihak sepakat mengatasi arus imigran menuju Eropa pada bulan Maret. Namun proses itu terhenti setelah kudeta oleh sekolompok militer untuk menurunkan Erdogan.

Setelah kudeta, Erdogan menangkap secara massal orang-orang yang diduga terlibat, dan puluhan ribu orang dipecat. Erdogan juga menangkapi wartawan dan menutup media yang kritis, dan hal itu memicu kecaman secara internasional, terutama dari Uni Eropa.

Namun demikian, Erdogan tetap melakukan tindakan keras dan dia pada hari Rabu, mengatakan, ‘’mereka mengangkat tangan ke atas (pemungutan suara) tidak akan mengganggu perjuangan bangsa ini untuk kemerdekaan dan hari depan.’’ Dia menilai pemungutan suara itu sebagai indikasi fakta bahwa Uni Eropa berada di posisi ‘’teror.’’

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home