Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 04:18 WIB | Selasa, 28 Juni 2022

UNODC: Perang di Ukraina Dapat Memungkinkan Produksi Obat Terlarang Berkembang

Seorang petugas polisi berjaga di depan tas berisi heroin yang disita selama operasi khusus, pada konferensi pers di Kiev, Ukraina pada 24 April 2019. (Foto: dok. Reuters)

PBB, SATUHARAPAN.COM-Perang di Ukraina dapat memungkinkan produksi obat-obatan terlarang berkembang, sementara masa depan pasar opium bergantung pada nasib Afghanistan yang dilanda krisis, kata badan PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) untuk kejahatan dan narkotika memperingatkan pada hari Senin (27/6).

Pengalaman sebelumnya dari Timur Tengah dan Asia Tenggara menunjukkan bahwa zona konflik dapat menjadi “magnet” untuk membuat obat-obatan sintetis, yang dapat diproduksi di mana saja, kata Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) dalam laporan tahunannya.

“Efek ini mungkin lebih besar ketika area konflik berada di dekat pasar konsumen yang besar.”

UNODC mengatakan jumlah laboratorium amfetamin yang dibongkar di Ukraina naik dari 17 pada 2019 menjadi 79 pada 2020, jumlah tertinggi laboratorium yang disita yang dilaporkan di negara mana pun pada tahun 2020.

Kapasitas Ukraina untuk memproduksi obat-obatan sintetis dapat tumbuh seiring perang berlanjut, tambahnya.

“Anda tidak memiliki polisi yang berkeliling dan menghentikan laboratorium” di zona konflik, kata pakar UNODC, Angela Me, kepada AFP.

Laporan itu juga mencatat bahwa konflik dapat mengubah dan mengganggu rute perdagangan narkoba, dengan indikasi bahwa perdagangan di Ukraina telah menurun sejak awal 2022.

Opium dari Afghanistan

Situasi di Afghanistan, yang menghasilkan 86 persen opium dunia pada tahun 2021, akan membentuk perkembangan pasar opium, laporan PBB itu menambahkan.

Dikatakan krisis kemanusiaan negara itu dapat mendorong penanaman opium ilegal, bahkan setelah otoritas Taliban melarang praktik itu pada bulan April.

“Perubahan produksi opium di Afghanistan akan berimplikasi pada pasar opium di hampir semua wilayah di dunia,” kata PBB.

Diperkirakan 284 juta orang menggunakan narkoba pada tahun 2021, atau satu dari setiap 18 orang di seluruh dunia berusia antara 15 dan 64 tahun, menurut laporan tersebut.

Angka itu 26 persen lebih tinggi dari tahun 2010, dengan pertumbuhan penduduk yang hanya sebagian saja yang menyebabkan perubahan.

Produksi kokain naik ke rekor baru pada tahun 2020 sebesar 1.982 ton.

Meskipun sebagian besar konsumen narkoba adalah laki-laki, Me mengatakan ahwa bperempuan banyak menggunakan stimulan jenis amfetamin dan kurang terwakili dalam pengobatan.

“Bagi mereka, itu adalah stigma ganda. Pergi ke sana juga untuk mengekspos diri mereka sendiri,” katanya kepada AFP.

“Kami telah memberikan rekomendasi tentang keamanan dan bagaimana memastikan bahwa pusat-pusat tersebut memiliki kemungkinan untuk menyambut anak-anak.”

Laporan UNODC didasarkan pada informasi yang dikumpulkan dari negara-negara anggota, sumbernya sendiri, dan menganalisis laporan institusional, media, dan materi sumber terbuka.(AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home