Loading...
RELIGI
Penulis: Reporter Satuharapan 10:10 WIB | Selasa, 17 Mei 2016

Warga Inggris dan Selandia Baru Mewisuda Pesantren Bogor

Warga Inggris dan Selandia Baru Mewisuda Pesantren Bogor
Acara foto bersama para santri dengan pengajar dalam acara wisuda (16/5) (Foto-foto: Kaviel Alawy)
Warga Inggris dan Selandia Baru Mewisuda Pesantren Bogor
Prosesi pemberian sertifikat kelulusan kepada santri Assalam dilakukan oleh Miss.Tessa Piper dari Inggris dan Miss.Helen dari Selandia Baru.

BOGOR, SATUHARAPAN.COM – Warga asal Inggris dan Selandia Baru ikut melantik santri dalam acara wisuda angkatan pertama di Pesantren Assalam Bogor.

Para santri yang telah selesai di tingkat dasar yang telah belajar tiga tahun dan dinyatakan lulus dalam beberapa pelajaran yang diujikan, hari Senin (16/5) telah diwisuda.

Acara yang meriah dan penuh haru tersebut membuat banyak wali santri menitikkan air matanya, haru melihat anak-anak mereka yang baru berusia 15 tahunan tapi bisa menguasai banyak hal setelah belajar menjadi santri selama tiga tahun.

Bukan hanya hafalan Alquran dan membaca kitab kuning, santri-santri juga lancar dan mahir berbahasa Inggris. Acara yang dipandu oleh Najda (16) dan Aisa (16) dari awal hingga akhir disajikan dalam bahasa Inggris. Dan ternyata dalam acara syukuran pelepasan santri tersebut juga dihadiri oleh warga Inggris Miss Tessa Piper.

“Terima kasih para orangtua wali santri yang telah mempercayakan kepada kami guru-guru di pesantren Assalam dan menyerahkan anak-anaknya selama tiga tahun di sini untuk proses belajar banyak hal” ungkap Tessa dalam pidato pelepasan acara tersebut, selain Tessa dari Inggris hadir pula Miss Hellen dari Selandia Baru. Keduanya adalah guru di pesantren Assalam sejak lima tahun lalu.

Pesantren Assalam Megamendung Bogor, seperti pesantren pada umumnya, memberikan pelajaran agama biasa disebut mengaji, ada mengaji dan menghafal Alquran, juga mengaji kitab kuning.

Istilah kitab kuning biasa digunakan di kalangan pesantren. Kitab kuning adalah sebuah buku bertuliskan huruf Arab tanpa ada harokat atau kode cara membacanya, alhasil buku tersebut hanya dapat dibaca oleh para orang tertentu yang memperdalamnya.

Butuh waktu lama, tiga sampai sepuluh tahun untuk para santri bisa membaca kitab kuning yang di dalamnya mengandung pelajaran tentang hukum, ketuhanan, sosial kemasyarakatan, dan sebagainya.

Selain belajar agama dan pengetahuan umum santri juga belajar tentang menghargai semua makhluk ciptaan Tuhan, menurut Kang Hasbi salah satu ustaz di Pesantren Assalam, ini menjadi pelajaran yang sangat penting untuk para remaja dan pemuda yang menjadi generasi bangsa.

“Kita lahir dan tinggal di Indonesia, jadi wajib hukumnya kita menjaga dan saling menghormati keragaman agama dan suku yang ada di Indonesia” kata Kang Hasbi dalam wawancara bersama satuharapan.com. (kav)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home